Jumat, 26 April 2013

[RESENSI] Fiqihus-Sunnah



As-Sayyid Sabiq, ulama Al-Azhar yang aktif dalam pergerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun pimpinan Hasan Al-Banna, sejak awal abad lalu telah menyusun sebuah kitab fiqih yang terbilang praktis dan mudah, khususnya buat para pemula. Kitab itu diberi nama Fiqihus-Sunnah (فقه السنة). Awalnya kitab itu ditulisnya dalam bentuk buku-buku kecil-kecil, lebih dari selusin jilid. Kemudian jumlah jilidnya terus berkembang dan akhirnya keseluruhannya dibundel menjadi dua atau tiga jilid ukuran lebih besar.
Kelebihan kitab itu yang utama adalah dari segi kepraktisan, karena memang didesain sejak awal untuk menjadi kitab yang kecil dan mudah. Tiap masalah dikaitkan langsung dengan dalilnya, baik Al-Quran maupun as-Sunnah, tanpa menyebutkan ikhtilaf para ulama, kecuali bila dianggap perlu sekali.
Penulisnya berupaya menghilangkan semua bentuk perbedaan pendapat di kalangan ulama, awalnya dengan tujuan kepraktisan. Sehingga yang dicantumkan hanyalah apa-apa yang menurut si pengarang dianggap paling shahih, tanpa menyebutkan bahwa ada perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam masalah tersebut.
Metode ini dalam beberapa hal ada baiknya, misalnya pembaca tidak diajak berpusing-pusing membaca sekian banyak perbedaan pendapat. Sebab penulis langsung memilih satu pendapat saja, tentunya secara subjektif.
Tapi kekurangannya, pembaca jadi tidak tahu bahwa ilmu fiqih itu sangat luas, dan memang ada banyak perbedaan pendapat di dalamnya. Kekurangan yang lain, meski pengakuan penulisnya bahwa kitabnya ini tidak bertumpu pada mazhab fiqih tertentu, namun dalam kenyataannya, tetap saja ada beberapa kendala. Misalnya, kalau diperhatikan dengan lebih seksama, sebenarnya pendapat-pendapat yang dipilih penulis lebih cenderung mengikuti pendapat mazhab yang dianut sang penulis, yaitu mazhab Al-Hanafiyah.
Setidaknya, sengaja atau tidak, fiqih mazhab Al-Hanafiyah menjadi sangat dominan dalam kitab ini. Sehingga kalau mau jujur saja, akan lebih baik kitab ini disebutkan terus terang sebagai kitab fiqih praktis versi mazhab Al-Hanafiyah.
Tetapi ketika penulisnya tidak membubuhkan identitas mazhab ini, bahkan malah mengatakan bahwa kitabnya adalah kitab Fiqih Islam yang tidak mengacu kepada mazhab tertentu, maka yang terjadi justru sebuah kebingungan (confuse), setidaknya di kalangan muslim yang sudah banyak mendalami fiqih perbandingan antar mazhab.
Karena itulah di Indonesia, khususnya di pesantren yang lekat dengan mazhab Asy-Syafi’iyah, atau di negeri jiran kita Malaysia, dimana mazhab Asy-Syafi’iyah dipegang dengan lebih tegas, kitab Fiqihus-Sunnah justru mengalami resistensi. Salah satunya barangkali karena dianggap sebagai kitab versi mazhab lain yaitu mazhab Al-Hanafiyah, yang tidak cocok dengan mazhab setempat.
Padahal untuk kitab selevel ini, mazhab Asy-Syafi’iyah pun punya beberapa kitab, misalnya Kifayatul Akhyar dan lainnya. Sayangnya, Kifayatul Akhyar yang jujur sejak awal menyebutkan identitas diri sebagai kitab mazhab Asy-syafi’iyah untuk pemula, justru kurang diminati di kalangan muslim perkotaan, khususnya di Indonesia.
Entah apa sebabnya, mungkin salah satunya karena masih membawa identitas mazhab tertentu. Sedangkan Fiqihus-Sunnah As-Sayyid Sabiq, barangkali karena justru mengatakan sebagai bukan kitab fiqih mazhab tertentu, tetapi merupakan hasil ijtihad sendiri, malah lebih diminati oleh banyak kalangan.
Tapi lepas dari kontroversi itu, kitab Fiqihus Sunnah memang lebih sering nampak di banyak toko buku, ketimbang kitab fiqih lainnya. Versi terjemahannya di Indonesia cukup banyak.
Entah benar atau tidak, memang ada semacam support pada pengantar kitab ini, yang ditulis oleh Hasan Al-Banna. Sebagai tokoh pergerakan yang kondang dan punya cabang di 70 negara Islam, beliau mendorong para aktifis Al-Ikhwan Al-Muslimun untuk merujuk kepada kitab karya muridnya ini, bila bicara tentang ilmu fiqih.
Mungkin ini juga yang menjadi penyebab dakwah Ikhwan di beberapa tempat mengalami resistensi, justru dilakukan oleh umat Islam sendiri, karena mereka membawa paham mazhab yang tidak sesuai dengan mazhab mayoritas yang ada di suatu negara.
Wallahu ‘alam.

Resensi Kitab Ini Ditulis Oleh : Ahmad Sarwat, Lc., MA

Kamis, 25 April 2013

[RESENSI] Al-Fiqihul Islami wa Adillatuhu



Di zaman modern ini, kitab fiqih yang cukup fenomenal dan penting salah satunya adalah kitab Al-Fiqihul Islami wa Adillatuhu, (الفقه الإسلامي و أدلته) yang ditulis oleh ulama Syria, Dr. Wahbah Az-Zuhaily..
Pertama kali saya memiliki kitab ini masih sembilan jilid. Tetapi sekarang umumnya kitab ini dijual versi dalam sebelas jilid. Penerbitnya cukup beragam, sehingga kita akan menemukan cover dan penampilan yang berbeda-beda.
Buat saya kitab ini adalah kitab yang unik dan menarik. Hal itu karena kitab ini sangat lengkap, nyaris banyak hal yang kalau saya cari di kitab-kitab lain semacam Fiqhussunnah tidak saya temukan, di kitab ini semua dibahas secara lengkap dan detail.
Apalagi kitab ini juga ditulis dengan sistem yang mudah dipahami, bahasa yang ringan, dan amat sistematis, sehingga para mahasiswa yang baru melek bahasa arab, insya Allah mampu membacanya dengan mudah dan ringan.
Tetapi ada juga orang yang keberatan dengan kitab ini, alasanya kitab ini terlalu tebal dan terlalu banyak jilidnya. Cuma mau tahu hukum suatu hal, lalu oleh penulisya dibahas panjang lebar. Sudah gitu, masih pula dibahas berbagai perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sehingga kita yang awam dan baru melek ilmu fiqih, bukannya tambah paham, malah tambah bingung.
Saya bisa mengerti problem itu. Memang buat kita yang baru mengenal ilmu fiqih, dan sudah terbiasa menerima informasi yang bersifat instan, praktis dan langsung pakai, kitab ini agaknya bukan kitab yang tepat. Untuk yang lebih praktis, atau untuk pemula, termasuk remaja dan anak-anak, memang lebih baik menggunakan kitab-kitab yang kecil, ringan, praktis dan singkat. Contoh kitab seperti itu misalnya kitab Fatul Qarib untuk mazhab Asy-syafi'i.
Sedangkan kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu ini memang lebih tepat buat mereka yang sudah punya dasar-dasar ilmu fiqih. Jadi tidak akan kebingungan ketika bertemu dengan berbagai perbedaan pendapat. Setidaknya, pokok masalahnya sudah diketahui, tinggal memahami kenapa sampai terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama.
Kitab ini terdiri dari 11 jilid tebal yang sarat dengan berbagai kajian fiqih dari berbagai mazhab, lengkap dengan dalil-dalil dan kitab rujukan. Total jumlah halamannya mencapai 8.000 lebih.
Maka tidak salah kalau kitab ini banyak dijadikan kitab pegangan di berbagai perguruan tinggi Islam di berbagai negeri muslim, khususnya untuk mata kuliah ilmu fiqih.
Kitab ini merupakan kitab yang menuliskan lengkap pendapat fiqih empat mazhab dan mazhab-mazhab lainnya yang dianggap berpengaruh, dengan disertai dengan dalil-dalil yang dipakai oleh masing-masing ulama.
Yang menarik, ternyata sudah ada penerbit di Indonesia yang menterjemahkan.Harganya tentu lumayan mahal, mengingat jumlahnya sampai 11 jilid.
Tetapi bagi yang belum punya dana cukup, bukan berarti tidak bisa membaca kitab ini. Maktabah syamilah yang tersohor itu juga di dalamnya ada kitab ini. Bahkan juga ada versi pdf yang siap didownload, cuma di internet hanya beredar versi yang 8 jilid, saya belum pernah menemukan versi 11 jilid.

Resensi Kitab Ini Ditulis Oleh : Ahmad Sarwat, Lc., MA

Rabu, 24 April 2013

[RESENSI] Al-Mufashshal fi Ahkam Al-Mar’ah



Kitab fiqih modern yang juga fenomenal adalah Al-Mufashshal fi Ahkam Al-Mar’ah wa Al-Bait Al-Muslim fi Asy-Syariah Al-Islamiyah (المفصل في أحكام المرأة و البيت المسلم في الشريعة الإسلامية).
Kitab yang totalnya terdiri dari 11 jilid ini ditulis oleh ulama negeri Iraq, Dr. Abdul Karim Zaidan. Beliau adalah guru besar dan rais qism Asy-Syariah Al-Islamiyah pada Fakultas Hukum Universitas Baghdad, Iraq.
Sebagaimana judulnya, kitab fiqih ini sesungguhnya adalah kitab yang membahas tentang fiqih wanita. Namun bukan berarti kitab ini tidak bicara tentang hukum fiqih secara lengkap.
Kalau kita telurusi lebih dalam, sebenarnya kitab ini merupakan karya ilmu fiqih yang cukup lengkap, mulai dari urusan thaharah sampai urusan yang paling luas seperti mengatur negara, jihad dan seterusnya.
Namun kalau di dalam tema-tema itu ada hal-hal yang menyangkut masalah wanita, beliau akan membahas secara lebih detail dan lebih panjang, melebihi porsi dari pembahasan yang umum.
Uniknya, berbeda dengan sistematika buku pada umumnya, buku ini dibuat dengan sistem nomor yang urut pada tiap sub judul atau sub pembahasan. Mulai dari jilid satu sampai jilid terahir yaitu jilid 11, nomor-nomor itu terus disusun berurutan.
Pada jilid terahir, kita menemukan nomor itu berjumlah 13.009. Hal itu berarti ada tiga belas ribuan nomor sub pembahasan dalam 11 jilid kitab ini. Yang sedikit berbeda lainnya adalah setiap memulai sub pembahasan baru, penulis tidak memulai dari definisi secara etimologi dan terminologi seperti umumnya tulisan ilmiyah, melainkan justru memulai dari ayat-ayat Al-Quran atau hadits-hadits yang terkait dengan tema pembahasan. Kemudian dilanjutkan dengan mencantumkan kutipan dari kitab-kitab tafsir yang muktamad, dan diikuti dengan pendapat-pendapat para ulama fiqih yang muktamad yang dikutip dari kitab-kitab mereka. 

Resensi Kitab Ini Ditulis Oleh : Ahmad Sarwat, Lc., MA.

Selasa, 23 April 2013

[RESENSI] Al-Mausu`ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah




Kita semua memimpikan punya tempat rujukan untuk semua masalah agama yang lengkap mewakili semua mazhab yang ada, tetapi tidak memihak hanya menyampaikan apa adanya, disertai dengan dalil-dalil yang kuat dari Quran, Sunnah, Ijma` Qiyas dan berbagai sumber fiqih lainnya, disusun berdasarkan abjad, dan dikerjakan oleh para ulama ahli di bidangnya.

Impian itu lama terpendam di benak setiap muslim selama berabad-abad, sampai akhirnya terbitnya kitab spektatuler yang diberi nama : Al-Mausu`ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah. Sebuah Ensiklopedi Fiqih terlengkap yang pernah ditulis sepanjang 14 abad lamanya.

Kenapa demikian?

Dunia Islam selama ini mengenal begitu banyak kitab fiqih. Barangkali jumlahnya sudah mencapai jutaan sejak awal mula masa penulisan hukum fiqih. Tetapi biasanya kitab-kitab itu disusun berdasarkan mazhab penulisnya.

Kitab Al-Umm yang ditulis Al-Imam Asy-Syafi`i memang kitab yang luar biasa dari segi isi dan hujjahnya. Namun kita hanya mendapat dalam isinya pendapat-pendapat beliau saja. Pendapat orang lain tentunya tidak beliau cantumkan.

Demikian juga kalau kita punya kitab Majmu` Fatawa Ibnu Taimiyah. Dari sisi jumlah jilid, kitab ini lumayan tebal, karena terdiri dari tidak kurang 37 jilid. Entah berapa lama kita bisa selesai membacanya. Dan yang bikin bingung, menulisnya pasti membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Tetapi kalau dilihat isi dan konten, Majmu` Fatawa Ibnu Taimiyah hanya berisi pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah saja.

Yang lumayan banyak mencantum pendapat dari beberapa mazhab untuk dibandingkan sebenarnya bukan tidak ada. Misalnya Al-Majmu` Syarah Al-Muhadzdzab. Penulisnya, Al-Imam An-Nawawi tidak hanya melulu menuliskan hasil pendapat mazhab Asy-Syafi`i, mazhab yang beliau anut. Tetapi beliau juga mencantumkan sekian banyak pendapat ulama fiqih dari berbagai mazhab.

Ibnu Rusydi Al-Hafid juga menulis kitab yang sama dalam arti berisi perbandingan mazhab. Namanya kitab Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid. Kitab ini menjadi rujukan hampir di semua Universitas Islam baik LIPIA Jakarta, Madinah, Riyadh, Mekkah dan lainnya. Bahkan Pondok Pesantren Modern Gontor pun menggunakan kitab ini. Isinya memang banyak mencantumkan perbedaan pendapat dan dalil-dalilnya dari para ulama.

Di masa modern ini, Doktor Wahbah Az-Zuhaily, ulama kawakan berkebangsaan Syria, juga menulis kitab fiqih dengan tema yang sama. Kitabnya diberi judul Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu. Terdiri dari 11 jilid tebal yang sarat dengan bebagai kajian fiqih dari berbagai mazhab, lengkap dengan dalil-dalil dan kitab rujukan.

Al-Mausu`ah Al-Fihiyah Al-Kuwaitiyah


Tapi yang paling luar biasa pada akhirnya memang kitab yang lagi mau kita bicarakan, yaitu Ensiklopedi Fqih terbitan Departemen Wakaf dan Urusan Islam Kuwait. Ada beberapa keunggulan kitab ini dibandingkan dengan kitab-kitab yang tadi saya sebutkan di atas, misalnya :

1. Kitab ini tidak disusun berdasarkan mazhab tertentu, tetapi semua mazhab fiqih Islam yang ada dijelaskan satu persatu dengan lugas, lengkap dengan dalil dan kitab-kitab rujukan kepada masing-masing mazhab.

2. Dari sisi jumlah isi konten, kitab ini total berjumlah 45 jilid tebal. Saya menghitung jumlah halamannya secara manual, ternyata tidak kurang dari 17.000 halaman.

3. Kitab ini tidak disusun berdasarkan bab-bab fiqih seperti umumnya, tetapi disusun materinya berdasarkan ajbad. Maka kitab ini memang disebut sebagai Ensiklopedi. Dan cara ini tentu sangat memudahkan bagi para peneliti, dosen, mahasiswa atau masyarakat umum yang ingin cepat mendapatkan rujukan.

4. Begitu banyak masalah fiqih yang tidak tercantum di kitab-kitab sebelumnya, ternyata di dalam kitab ini semua dijelaskan dengan sangat lengkapnya. Selain itu kajiannya sangat mendalam, luas dan yang lebih penting adalah masalah akurasinya. Hampir semua materi diberi footnote yang menginformasikan sumber rujukan dari kitab-kitab fiqih yang muktamad.

5. Kitab ini bukan karya perorangan tetapi team yang terdiri dari ratusan ulama yang pakar di bidangnya dari berbagai belahan dunia. Mereka bekerja siang malam menyusun, meneliti, membahas, mendiskusikan, membedah kitab-kitab rujukan sehingga akhirnya selesai hingga terbit dan bisa dinikmati semua orang.

6. Kitab ini menghindari pentarjihan perbedaan pendapat yang bersifat pribadi. Jadi kita tidak akan digiring untuk mengikuti satu pendapat dari sekian banyak pendapat yang ada. Semua pendapat dijabarkan dengan adil dan lengkap, tapi tanpa kesimpulan mana yang benar atau salah. Kalau pun ada kesimpulan, paling jauh hanya disebutkan bahwa jumhur ulama (mayoritas) mengambil berpendapat tertentu. Itu saja, dan tidak ada penggiringan opini, atau sengaja menutup-nutupi, apalagi sampai menghapus atau mengubah isi.

KekuranganSebenarnya saya ingin mengatakan bahwa ensiklopedi ini nyaris sempurna, meski pun tidak boleh bilang begitu. Kalau pun ada kekurangan, karena kitab ini tidak tersedia di Indonesia. Saya sudah muter-muter dari satu toko kitab ke toko kitab lain, semua tidak punya. Boro-boro menjual, penjualnya saja belum pernah tahu kalau kitab itu ada. Selain itu kalau pun ada yang jual, biasanya harganya selangit. Ada seorang teman menawarkan harga hampir 10-an juta rupiah untuk 45 jilid.

Kekurangan ini bisa terjawab sudah, karena kitab ini ternyata ada versi digitalnya:

Pertama, kitab ini bisa dibuka dengan program Maktabah Syamilah. Keunggulannya, kita bisa melakukan pencarian (searching) dengan cepat. Lalu juga bisa dicopy paste. Kekurangannya, tampilannya tidak enak dilihat.

Kedua, versi Pdf. Yang ini memang tidak bisa dicopy paste teksnya, juga kita tidak bisa melakukan pencarian. Tapi karena versi PDF ini merupakan hasil scan dari kitab aslinya, membacanya malah enak, karena tampilannya persis seperti buku aslinya.

Saya sendiri hanya ngeprint saja kitab yang berjumlah 45 jilid ini, tidak beli aslinya.  Alasannya selain karena memang tidak ada yang jual disini, juga harga ngeprint ternyata jauh lebih murah. Dihitung-hitung hanya 1/4 dari harga aslinya. Dan hasil printnya juga tidak kalah mentereng dibandingkan aslinya.

Kelebihan kalau diprint tentu saja lebih enak dibaca, dan bisa dibaca sambil tiduran. Walau pun sudah saya coba membaca pakai tablet, tetapi mengebet lembaran kertas itu ternyata jauh lebih mengasyikkan dari pada menyentuh layar touch-screen. Apalagi kalau pakai ludah, wah ramai rasanya.

Kekurangan lain dari kitab ini -dan ini sangat klasik sekali-, belum ada versi terjemahannya. Masih bahasa Arab gress. Dan meski sudah terbit sejak tahun 1980, rasanya sampai sekarang belum ada pihak penerbit yang `gila` mau menerbitkan kitab yang jumlah sampai 45 biji.

Jauh di dalam hati saya ada keinginan untuk menerjemahkan Ensiklopedi ini ke dalam bahasa Indonesia, tidak sendirian tentunya, tapi dikerjakan bersama-sama. Di dalamnya ada team penterjemah, programmer, editor dan ahli syariah. Dan idealnya Ensiklopedi Fiqih ini diluncurkan dalam bentuk situs yang bisa diakses dengan gratis oleh siapa saja. Jadi sebuah proyek wakaf untuk umat Islam.

Allahu yusahhil amrana

Resensi Kitab Ini Ditulis Oleh : Ahmad Sarwat, Lc., MA

Senin, 22 April 2013

30 Negara Kenakan Seragam Militer Buatan Indonesia





Indonesia adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki potensi sumber daya manusia yang luar biasa, akan tetapi banyak dari mereka ragu akan SDM-nya sendiri ataupun sesamanya. Namun tidak bagi orang luar negeri, mereka masih percaya bahwa orang Indonesia sangatlah hebat dan mengakui bahwa Indonesia adalah surganya dunia.
Masih banyak orang Indonesia yang belum tahu akan prestasi sesamanya dikancah internasional, Seperti yang dilakukan oleh PT Sri Rejeki Isman (Sritex). Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang textil ini telah mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional dengan memasok seragam militer ke 30 negara.
PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Sukoharjo Jawa Tengah ini didirikan oleh Haji Mohammad (HM) Lukminto pada tahun 1966. Berawal dari pedagang kecil di Pasar Kelewer, Solo, kini HM Lukminto telah menjelma menjadi pengusaha besar di dunia pertekstilan nasional dan bahkan Internasioal. Sekarang perusahaanya telah berdiri gagah di tanah seluas 150 hektare dengan karyawan mencapai total 18.000 orang. Sekitar 70 persen produksinya diekspor dan 30 persen lainnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman (Sritex) milik pengusaha HM Lukminto tak hanya memproduksi seragam militer saja, mereka juga memproduksi merek-merek pakaian terkenal di dunia seperti Zara atau Timberland.
Kebutuhan pakaian militer 30 negara dipenuhi oleh PT Sritex, Sukoharjo, Jawa Tengah, sementara 40 negara lainnya menjalin kerja sama perdagangan dengan perusahaan tekstil tersebut baik meliputi pakaian fishion dengan berbagai model, kain, dan benang.
Tujuh dari Tiga Puluh negara yang dibuatkan seragam militernya oleh Sritex, adalah negara-negara Eropa, seperti Jerman, Inggris, Austria, Swedia, Belanda, dan Kroasia. Sritex cukup bangga bisa membuat seragam militer negara-negara Eropa ini karena, negara-negara di Eropa merupakan salah satu pakaian seragam tersulit di dunia dalam memproduksinya, Bahkan seragam buatan Sritex ini menjadi standar seragam militer NATO.
PT Sritex yang bergerak dalam bidang tekstil mempunyai desain kain lebih dari 300 ribu desain, dan enam di antaranya yang merupakan desain pakaian militer yang telah dipatenkan di Dirjen HAKI. satu di antara enam desain yang dipatenkan itu pakain militer Indonesia.



Masih banyak desain yang belum dipatenkan dan ini akan terus dilakukan secara bergiliran sehingga hak cipta itu tidak akan dibajak oleh orang lain, kata Direktur Garment PT Sritex.
Ekspor sebagian besar di lakukan ke Amerika Serikat yang nilainya total mencapai 300 juta dolar per tahun, sementara kedua ke kawasan Eropa yang nilainya mencapai 200 juta dolar Amerika Serikat.
Negara-negara yang kebutuhan tekstil baik benang, kain, maupun pakaian militernya yang dipasok oleh PT Sritex antara lain Indonesia, Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Turki, Australia, Singapura, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Kuwait, Brunei Darussalam, Malaysia, Selandia Baru, Tunisia, Timor Leste, Papua NEw Guinea dan Anggota NATO
Sritex pantas dipilih karena mengedepankan tiga poin penting, yaitu kualitas, delivery on-time, dan harga yang bersaing. Dengan kualitas tidak diragukan, Ia memenuhi setiap kebutuhan spesifik pelanggan dengan kemampuannya untuk menciptakan beragam jenis dan spesifikasi kain dari berbagai bahan dan model rajutan. Contoh kecil diantaranya adalah diciptakanya beragam aplikasi tambahan untuk kain yang berupa anti air, anti serangga, tahan api, bebas noda, anti infra-red, bobot ringan, dan berpori-pori yang bisa digunakan untuk berbagai tipe bahan.
produksi seragam militer mencapai 50 persen dari total produksi. Sementara setengahnya lagi yakni memproduksi fashion untuk merek-merek ternama, di antaranya Uniqlo, Zara, JCPenney, dan Timberland. 50 persen untuk army, 50 persen untuk yang fashion.



Sumber : Kompasiana

Jumat, 29 Maret 2013

Pikiranmu Adalah Takdirmu





Hati - hatilah dengan pemikiranmu, Karena itu akan menjadi perkataan



Hati - hatilah dengan perkataanmu, Karena itu akan menjadi tindakan


Hati - hatilah dengan tindakanmu, Karena itu akan menjadi kebiasaan


Hati - hatilah dengan kebiasaanmu, Karena itu akan menjadi karakter


Hati - hatilah dengan karaktermu, Karena itu akan menjadi takdirmu


Rabu, 20 Maret 2013

Cara Kami Memperlakukan Dan Melihat Wanita Kami



Sesungguhnya Islam sangat menjunjung kehormatan dan kesucian kaum wanita. Hal ini tercermin dalam sebuah dialog antara Syaikh dengan Lelaki Inggris tentang wanita Islam:
Lelaki Inggris Bertanya: Kenapa dalam Islam Wanita tidak Boleh berjabat tangan dengan pria?
Syaikh menjawab: Bisakah kamu berjabat tangan dengan ratu Elizabeth?
Lelaki Inggris bertanya: oh…tentu tidak bisa…dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa berjabat tangan dengan ratu.
Syaikh tersenyum dan berkata: wanita-wanita kami (Muslimah) adalah para ratu, dan ratu tidak boleh berjabat tangan dengan lelaki sembarangan (lelaki yang bukan mahramnya)
Lelaki Inggris bertanya lagi: kenapa wanita islam menutup tubuh dan kepala mereka?
Syaikh tersenyum dan punya dua permen, lalu ia membuka permen satu dan yang satunya lagi tetap tertutup, kemudian melemparkan kedua permen tersebut ke lantai yang kotor.
Syaikh bertanya: jika saya meminta anda untuk mengambil satu permen, permen mana yang anda pilih?
Lelaki Inggris menjawab: pastinya yang tertutuplah.
Syaikh berkata: itulah cara kami memperlakukan dan melihat perempuan kami.

Rabu, 06 Maret 2013

Luxor: Tapak Tilas Peninggalan Fir’aun Yang Mencengangkan (Part V-Habis)



 Hari ini adalah hari terakhir saya dan rombongan berada di kota Aswan, meskipun masih mempunyai tiga tempat wisata lagi yang akan di kunjungi sebagai pelengkap tour kami, hati terasa sangat berat untuk segera meninggalkan kota yang begitu indah ini.
Dari pagi hari sebelum matahari muncul saya sudah duduk dibalkon yang menghadap langsung kesungai Nil, gemerlap lampu yang padam satu persatu seiring munculnya matahari semakin menampakkan keindahan sungai Nil, tidak lama setelah itu saya langsung menuju ke restoran sambil membawa koper karena pagi ini juga kami akan check out dari hotel.
Tampak petugas hotel sudah menunggu kami dimejanya, satu persatu dari kami memberikan kunci kamar hotel yang kemudian duduk memenuhi ruangan resepsionis sambil menunggu perintah untuk masuk kedalam bus yang sudah menunggu dari pagi tadi.
Bagasi bus terbuka, ketua rombongan mempersilahkan kami untuk segera naik kedalam bus, setelah dipastikan tidak ada perserta yang ketinggalan, bus langsung bergerak ketempat wisata pertama untuk hari ini yaitu bendungan Aswan.
Sesuai namanya, bendungan ini berada dikota Aswan, salah satu kota di mesir bagian utara atau biasa disebut Upper Egypt. Pembangunan bendungan Aswan digagas oleh presiden kedua Mesir, Gamal Abdel Nasser, fungsi bendungan ini sangatlah banyak, selain mencegah banjir juga digunakan sebagai pembangkit listrik dan irigasi untuk pertanian.


Bendungan yang penjangnya kurang lebih Dua mil ini dibangun sekitar tahun 1960-an, selain banyak manfaatnya, bendungan ini juga memiliki panorama yang indah, bagian utara bendungan terdapat danau Nasser yang sangat luas bak lautan dan bagian selatan bendungan terlihat sungai yang seolah-olah tidak ada ujungnya.
Perjalanan dilanjutkan ke Philae Temples. Kuil-kuil yang sempat dikuasai dan dimanfaatkan oleh tiga agama atau kepercayaan ini berada di tengah-tengah aliran sungai Nil. Pengunjung harus menggunakan perahu untuk sampai ke kuil ini, lagi-lagi sungai Nil tidak mampu menyembunyikan keindahanya yang begitu alami.
Bangsa Yunani, Romawi dan kaum Masehi (Kristiani) pernah menggunakan bangunan-bangunan ini sebagai tempat ibadah mereka. Hal ini juga nampak dari beberapa perubahan yang ada pada kuil-kuil. Orang Masehi misalnya, sempat mengukirkan lambang salib pada beberapa sudut bangunan. Beberapa pahatan yang mengambarkan bentuk dewa Mesir kuno juga terpaksa dirusak oleh penguasa kuil setelahnya. Konon, orang Mesir kuno mengkhususkan tempat ini untuk pemujaan pada Dewi Isis.


Saat ini, Philae Temples berada di pulau Agelica, lebih kurang 500 meter dari tempat aslinya. Hal ini karena sekitar tahun 1960-an, pada saat pembangunan Aswan High Dam, kumpulan kuil Philae sempat terendam air. Ketika itu yang tampak hanya pucuk-pucuk dan atap-atap bangunanya saja. Karenanya, pemerintah Mesir bersama UNESCO berinisiatif memindahkan seluruh bangunan Philae Temples di daratan yang tak tergenang air dan pulau Agelica lah yang jadi pilihan.
Pilihan pulau Agelica ini sepertinya sudah dipikirkan matang-matang. Terbukti keindahan nuansa yang dapat terangkum saat berada di pinggiran pulau kecil ini. Angin semilir yang banyak berhembus di sekitar pulau Agelica juga menambah suasana makin enak dinikmati, pemandangan yang luar biasa juga sangat memanjakan mata.
Al-Masallah al-Naqishah menjadi akhir tujuan wisata kali ini. Ia merupakan gunung batu tempat pembuatan Obelisk, dalam pembuatanya juga cukup unik, obelisk dipahat langsung dari gunung tersebut, mengingat akan besarnya obelisk, pasti proses pembuatanya akan memakan waktu yang cukup lama. Sampai saat ini masih ada bekas obelisk yang belum sempurna pembuatanya yang masih menempel pada gunung tersebut.
Al-masallah al-Naqishah berada di samping perkuburan dinasti Fatimiyah yang tidak jauh dari hotel sarah yang kami tempati sebelumnya. setelah sekitar Satu jam setengah berada disana kami kembali kehotel sarah lagi, kali ini bukan untuk istirahat disana melainkan hanya makan siang karena kami sudah check out sejak pagi tadi.


Pukul 14.30 kami sudah sampai di stasiun kereta Aswan, bercanda dengan sesama menjadi obat jenuh selama menunggu keberangkatan yang terjadwal jam 16.00. Meskipun kereta yang kami tumpangi tergolong tidak jelek tapi berlama-lama didalamnya sangat membosankan, banyangkan saja untuk sampai di kairo kami membutuhkan waktu Tujuh Belas jam dengan keadaan duduk dan udara yang sangat dingin.
Alhamdulillah, kami sampai kairo pukul Sembilan pagi, meskipun hanya seminggu kami bersama dalam tour ini tapi rasa kekeluargaan sudah terbangun, untungnya sebelum pulang kami sempat bertukar nomer handphone, Facebook dan Twitter. Setelah keluar dari stasiun Ramses kami berpisah sesuai daerah tempat tinggal masing-masing. Sedangkan saya dengan menggunakan taxi langsung menuju daerah Madinah Nasr Kairo.
Cukup sekian repoetase ini apabila ada kesalahan dalam segala hal saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. semoga apa yang saya alami cukup memberi gambaran bagi yang ingin berkunjung di Mesir atau hanya sebagai pengetahuan saja.


Sumber : kompasiana.com

Selasa, 05 Maret 2013

Luxor: Napak Tilas Peninggalan Fir’aun yang Mencengangkan (Part IV)




Telfon kamar hotel berdering nyaring, dengan keadaan setengah sadar saya angkat gagang telfon merah yang tidak jauh dari tempat tidur, terdengar suara dari telfon “Good morning sir, Breakfast is ready”, ternyata telfon dari resepsionis.
Rasa ngantuk pun tiba-tiba hilang ketika melihat jam menunjukkan pukul 01.15, bergegas ke kamar mandi dan secepatnya mempersiapkan diri. Hampir semua perserta tour sudah siap dan selesai sarapan ketika saya sampai di restoran, memang jadwal sarapan hari ini jam 01.00 dini hari karena akan menempuh perjalanan yang cukup jauh.
Pukul dua dini hari bus mulai bergerak, kemudian berhenti di area kantor polisi yang tidak jauh dari hotel. ternyata untuk mencapai obyek wisata yang pertama hari ini yaitu Abu Simbel, bus harus melewati padang pasir yang sangat luas dan berbahaya, serta membutuhkan pengawalan dari pihak keamanan karena sering terjadi serangan atau teror dari kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab.
Kami tidak sendirian, terhitung ada 10 bus lebih dan beberapa mobil travel bersama kami, sekitar pukul Tiga dini hari bus bergerak beriring-iringan sampai tempat tujuan layaknya konvoi yang dikawal ekstra ketat oleh pihak keamanan.


Ditengah-tengah perjalanan alarm handphone berbunyi menandakan telah masuk waktu sholat subuh, di atas kursi saya langsung sholat karena masih punya wudlu yang saya ambil ketika berhenti di kantor polisi tadi.
Ketika yang lain sedang asyik menikmati tidurnya, saya malah siap beraksi dengan mengeluarkan kamera dan duduk paling depan disamping supir bus, tidak lama matahari mulai muncul sedikit demi sedikit, tak henti-hentinya kamera ini mengabadikan momen indah nan langka tersebut.
sekitar jam 09.00 kami sampai di lokasi Abu Simbel. Abu Simbel adalah sebuak kuil raksasa yang terletak di atas penampungan air danau Naseer, 290 kilometer baratdaya kota aswan, Dibagian depan kuil terdapat Dua pasang patung raksasa dengan tinggi masing-masing lebih dari 20 m (sekitar 65 kaki) yang dibangun pada masa Ramses II, yaitu patung raja Ramses II dan permaisuri Nefertari, patung ini menjadi simbol kemenangan perang pada abad ke-13 SM, konon, awalnya patung ini adalah sebuah gunung yang dipahat hingga menjadi Dua pasang patung raksasa.
Ketika di bangun High Dam di Mesir, untuk pengaturan sungai Nil, cagar alam yang merupakan bagian dari proyek pemeliharaan UNESCO ini telah dipindahkan dari tempat Aslinya, yaitu di naikkan hinga 70 meter dari lokasi aslinya, kalau tidak begitu maka Danau Naseer sebagai penampung air Dam aka menenggelamkan patung Abu Simbel. UNESCO pun memprakarsai pemindahan patung ini pada tahun 1964. Sebab begitu besarnya patung ini, cara pemindahanya pun bisa dikatakan sangat unik, patung yang terbuat dari batu gunung ini dipotong hingga menjadi 30 ribu potong, lalu dipasang kembali ditempat yang sekarang.


Di sebelah Utara kuil terdapat Kuil lagi yang dinamai Abu Simbel kecil,  Ia diukir pada batu atas perintah Ramses II dan ditujukan kepada dewi Hathor, dewi cinta dan kecantikan, dan juga kepada isteri kesayangannya, Nefertari. Bagian depan dihiasi oleh enam patung, empat Rameses II dan dua Nefertari; yang luar biasa adalah keenam patung tersebut sama tinggi, yang menunjukkan layaknya Nefertari dipuja. Dinding timur mempunyai ukiran tulisan menunjukkan Rameses II membunuh musuh dihadapan Ra-Harakhte dan Amun-Ra.Gambaran dinding lain menunjukkan Rameses II dan Nefertari memberi korban kepada dewa-dewa.
Botanical Garden menjadi tujuan selanjutnya, Sebuah kebun rindang yang ditanami pohon-pohon dari berbagai Benua.Tempatnya yang menarik, disebuah pulau kecil ditengah-tengah sungai Nil.
Untuk pencapai kebun itu harus menggunakan perahu layar atau perahu boat. Kebun itu sangat tidak istimewa bagi saya dibandingkan kebun yang ada di Indonesia, akan tetapi tempatnya yang berada ditengah-tengah Nil membuat kebun itu sangat berbeda, lalu lalang perahu layar dan boat cukup untuk membuat saya berlama-lama menikmati indahnya pemandang ini.


Setelah cukup puas berada di Botanical Garden, kami menggunakan perahu boat menlanjutkan perjalanan ke kampung nubia. Perjalanan yang sangat menyenangkan dan memanjakan mata, bagaimana tidak, menyusuri sungai Nil yang biru, tidak jarang ditengah-tengahnya terdapat bebatuan besar yang memperindah sungai, padang pasir yang lembut, pohon-pohon yang menghijau, perahu layar putih dan burung-burung yang terbang kesana-kemari membuat kami sangat nyaman seperti merasakan keindahan alami yang sesungguhnya.
Setelah lama di perahu, akhirnya sampai juga. banyak para turis yang sudah disana sebelum kami datang, kami serombongan masuk kedalam salah satu rumah penduduk, didalamnya terdapat Tiga buaya yang masih hidaup didalam jeruji, tidak lama setelah itu tuan rumah keluar sambil membawa Dua teko minuman yaitu karede dan Teh Mind.
Saya cukup kesulitan memahami percakapan antara warga Nubia, hanya penyebutan bilangan saja yang saya mengerti, meski begitu mereka cukup ramah dan bersahabat. konon dulu ketika terjadi peperangan bahasa suku nubia ini yang menjadi bahasa isyarat kala itu.
Meski sudah banyak tempat wisata yang telah membuat kami puas, ternyata masih belum habis sampai disitu, besoknya akan menjadi hari terakhir sekaligus penutup keindahan jalan-jalan di Luxor dan aswan.
dengan menggunakan perahu boat kami kembali dari kampung nubia sambil menikmati Sunset yang kemudian disambung dengan taksi sampai depan hotel sarah. 


Sumber :  Kompasiana.com

Kamis, 28 Februari 2013

Luxor: Napak Tilas Peninggalan Fir’aun Yang Mencengangkan (Part III)


Pagi ini saya harus mengemasi barang bawaan, sarapan kali ini lebih siang dibanding hari sebelumnya. Saya langsung menuju ke restoran sambil membawa koper, dan petugas hotel sudah menunggu kami untuk menerima kembali kunci kamar.
Tepat jam 09.00 bis bergerak menuju kota Aswan, sebuah kota berpenduduk 290,327 jiwa yang mempunyai tempat wisata menarik, tidak kalah menariknya dengan Luxor, Kairo ataupun Alexandria. Aswan adalah salah satu kota di Mesir bagian utara atau biasa disebut Upper Egypt. kota ini juga berbatasan langsung dengan negara Sudan.
Dijadwal yang saya pegang, rombongan baru akan sampai kota Aswan pada sore hari, karena sepanjang perjalanan menuju kesana, kami masih akan mampir ke dua lokasi yang tidak kalah menariknya dengan tempat wisata sebelumnya.
Rasanya mata ini tidak sanggup untuk dipejamkan, kepala yang tidak henti-hentinya menoleh ke kanan dani kiri sepanjang perjalanan, bagaimana tidak, pemandangan yang indah selalu tersaji, Sungai Nil yang biru dihiasi perahu layar putih, bukit batu indah yang menguning dan sawah yang sangat subur silih berganti memanjakan mata.

Sampai Akhirnya kami telah sampai di tujuan pertama pada tengah siang hari,  Edfu Temple menjadi obyek wisata terdekat dari perjalanan Luxor-Aswan. Kuil ini terletak ditepi barat sungai Nil di kota Edfu sekitar 105 KM sebelum kota Aswan.
Kuil ini didirikan untuk menyembah dewa Horus, Horus adalah salah satu dewa tertua di dalam agama Mesir kuno, digambarkan dengan burung elang, jika merujuk pada gambar yang di pahat indah dikuil, dewa Horus digambarkan sebagai seorang pria dengan kepala elang, dipercaya sebagai dewa matahari, perang dan pelindung.
Bagian depan bangunan utamanya adalah pintu gerbang menjulang tinggi, diapit benteng yang lebih tinggi lagi di kanan-kirinya. Tepat didepan pintu gerbang terdapat Dua patung berbentuk burung elang. Bagian dalam Edfu Temple cukup gelap. Ini karena bagian atas kuil tersebut tertutup rapat, berbeda dengan Karnak Temple dan Luxor Temple yang tidak memiliki atap. Di dinding-dinding kuil ini, banyak terukir cerita tentang Dewa Horus dan beberapa dewa lainnya. Yang paling mencolok adalah gambaran tentang iid al-liqaa’ al-jamiil (perayaan bertautnya dua cinta), dimana menunjukkan bertemunya Dewa Horus dan istrinya yang bernama Hathur. Gambaran lain, seperti yang terukir di atap Edfu Temple adalah betapa cantiknya salah satu sesembahan orang Mesir kuno, Dewi Nut.
Jam dua siang kami melanjutkan perjalanan , Kom Ambo Temple mejadi tujuan selanjutnya, Sebuah Kuil yang berdiri kokoh di Km 45 perjalanan Edfu-Aswan ini terlihat anggun berada di dataran tinggi di tepian sungai Nil yang mengalir dari selatan ke utara.

Kum Ambo merupakan kuil yang unik, karena mempunyai Dua desain yang berbeda, disebelah selatan didedikasikan untuk dewa yang bernama Sobek, dewa kesuburan dan pencipta, digambarkan seorang lelaki berkepala buaya, sementara itu disebelah utara didedikasikan untuk dewa elang Haroeris, juga terkenal dengan sebutan Horus The Elder.
Hampir jam Lima sore kami baru memasuki kota Aswan,  semua orang berdecak kagum melihat indahnya kota yang tampak dari jendela bus, kota yang rapi, bersih dan mempunyai pemandangan indah karena jalannya menyisiri sungai Nil, banyaknya pelahu layar dan boat yang memenuhi sungai Nil membuat kota ini terlihat cantik.
Alhamdulillah, hotel Sarah yang kami tempati jauh lebih baik dari hotel yang ada di Luxor, dikamar 217 yang saya tempati mempunyai view indah yang menghadap langsung ke sungai Nil, setelah mandi saya langsung menuju restoran yang terletak di lantai satu, makan sambil berfikir mau kemana setelah ini, karena dijadwal agenda selanjutnya adalah istirahat karena besok perjalanan akan dimulai jam Dua dini hari.

Menurut saya sangat sayang jika waktu tidak dipergunakan sebaik-baiknya, Selagi di kota Aswan tidak boleh hanya berpindah tidur. Meski dekat dengan sungai Nil, ternyata untuk mencapai Kornis (tepian sungai) cukup jauh dan harus menggunakan kendaraan, karena hotel Sarah berada diatas bukit.
Dengan menggunakan angkutan umum sampai juga di kornis Nil, yang membuat heran, ongkos angkutan masih sangat murah hanya setengah Pound Mesir.  kornis Nil cukup ramai, Sungainya terlihat menawan dengan sinaran lampu-lampu yang ada di sepanjang jalan, namun menurut saya sungai Nil di Kairo lebih indah dibanding Aswan pada malam hari.  meski jika disiang hari Aswan belum ada yang menandingi.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 22.30, dengan kendaraan umum saya kembali kehotel untuk istirahat, karena jam satu malam saya harus sudah siap untuk melanjutkan perjalanan ke Abu Simbel yang berada di dekat perbatasan antara Mesir dan Sudan.

Sumber: kompasiana.com

Selasa, 26 Februari 2013

Luxor: Napak Tilas Peninggalan Fir’aun yang Mencengangkan (Part II)


Berkat alarm handphone, saya terbangun jam 03.30 kemudian mandi. Sayup-sayup suara Al-Qur’an terdengar dari luar hotel, jendela yang ada dipojok ruangan sedikit saya buka membuat lantunan Al-Qur?n dari masjid sekitar menjadi tambah jelas, semilir hawa dingin masuk kamar, hati ini larut dalam suasana. Suasana rindu akan tanah air, suasana yang tidak pernah saya temui di Kairo, dengan hati yang sangat susah dijelaskan dengan tulisan, saya panjatkan doa untuk ke Dua orang tua yang ada di tanah air semoga selalu diberi kesehatan dan salalu bahagia dalam Ridho-NYA. Amin…
Satu jam Lima Belas menit kemudian suara adzan bersahut-sahutan dari berbagai sudut kota, tanda masuk waktu sholat subuh, waktu sholat subuh diluxor lebih cepat Lima menit dari pada Kairo. seperti dijadwal, saya harus turun kerestoran di lantai bawah hotel tepat jam Enam pagi untuk sarapan dan Satu jam kemudian  perjalanan akan dimulai untuk hari ini.
Bus yang sama sudah menunggu kami sebelum jam Tujuh. Tujuan pertama hari ini adalah Valley of the kings “kota kematian” , tempat di mana semua penerus Dewa Amun dimakamkan bersama kekayaan yang dapat dibawa ke kehidupan abadi (menurut kepercayaan mereka). Menyimpan catatan koleksi seni dan catatan arkeologis Mesir purba yang berlimpah, sebagian bahkan dirunut kembali sampai 3000 SM. Penggalian terakhir dilakukan atas makam Fir’aun kecil, Tutankhamun, yang penuh dengan perhiasan emas, patung dan surat berharga.
Lokasi ini seperti bukit yang melingkar dan ditengah-tengahnya terdapat banyak lorong masuk kedalam tanah layaknya goa yang indah, dinding-dindingnya terukir lukisan bergambar kisah kehidupan dan tertulis sebuah cerita dengan huruf hieroglyps yang sangat indah dan warna warni, konon pewarnanya terbuat dari bahan alami dari tumbuh-tumbuhan yang terjaga hingga saat ini, pada ujung terowongan terdapat bongkahan batu yang sangat besar nan indah layaknya peti mati, dan tempat itulah jasad raja atau keluarganya disimpan sebelum dipindahkan, sayangnya dilokasi itu tidak diperkenankan untuk mengambil gambar baik dari kamera, hendycam atau bahkan dari handphone.
Ada sekitar 62 terowongan yang ditemukan dan hanya separuhnya saja yang diketahui pemiliknya, diantaranya : Ramses VII, Ramses IV, Son of Ramses III, Ramses XI, Son of Ramses II, Ramses XI, Ramses II, Merenptah, Ramses V & VI, Amenmeses, Ramses III, Bay, Tausert & Setnakht, Sety II, Ramses I, Sety I, Ramses X, Ramses Mentuherkhepeshef, Thutmes III, Amenhetep II, Maiherperi, Thutmes I, Hatshepsut Meryet-Ra, Thutmes IV, Yuya & Thuya, Siptah, Amarna Chace, Horemnep, Sitra dan yang terakhir Tutankhamun.


Tidak jauh dari Valley of the kings, Bus mengantar kami ke Hatshepsut Temple peninggalan Dinasti XVIII, menggambarkan bahwa kelahiranya yang penuh keajaiban, karena sebab bersatunya Ratu Ahmes dan Dewa Amun (menurut kepercayaan Mesir Kuno).
Sebuah kuil yang terdiri dari Tiga lantai yang tidak biasa, bangunan langsung menempel gunung batu yang tandus serta amat jauh dari nuansa kehidupan makhluk baik hewan maupun tumbuhan. bangunan yang disangga tiang-tiang besar dan kokoh ditengahnya terdapat patung-patung membuat bangunan ini sangat berbeda dengan temple lainya yang ada di luxor.
Setelah selesai di Hatshepsut Temple ini, peserta diajak menuju ke tempat pembuatan Alabaster. Tidak jauh dari Hatshepsut Temple, berdiri banyak sekali usaha produksi Alabaster. Alabaster merupakan hasil kerajinan khas di kawasan itu. Terbuat dari bebatuan yang keras dan kuat, bisa menjadi patung-patung kecil, pot atau vas bunga, asbak dan berbagai macam hiasan lainnya.
Saat sampai di salah satu tempat produksi Alabaster itu, sang pemilik menunjukkan cara pembuatan Alabaster, lengkap dengan berbagai peralatannya yang banyak sekali macamnya. Pemilik tempat juga menguji kekuatan batu Alabaster dengan mengadukannya secara keras, terbukti tak lecet sedikitpun apalagi patah atau pecah.
Setelah atraksi pembuatan, peserta dipersilakan masuk ke dalam showroom. Di dalamnya terdapat berbagai macam Alabaster yang sudah jadi. Bahan bakunya pun berwarna-warni. Bahkan beberapa saat sempat dipertunjukkan bahwa batu-batu tertentu dapat menyala saat gelap. Pintu dan jendela ditutup rapat, lalu listrik dimatikan. Beberapa orang sempat menjerit kaget, tapi ternyata itu untuk menunjukkan bahwa ada batu yang bisa menyala. Saat tiba waktunya kembali ke bus, beberapa orang nampak membawa Alabster, hasil pembelian dari sang pemilik. Perjalanan pun dilanjutkan kembali.


Habou Temple menjadi lokasi selanjutnya, bangunan yang hampir sama dengan yang kuil lainya, terdiri dari beberapa bangunan yang didirikan dari batu-batu besar nan keras, berbentuk tiang-tiang besar dan patung-patung besar serta beberapa ruangan berukir indah yang mengaambarkan kejadian, legenda atau dongeng di jaman mesir kuno.
Karena sudah terlalu siang bus bergerak menuju hotel, namun sebelum sampai hotel bus berhenti di pinggir jalan yang dekat dengan Dua patung besar setinggi ± 70 kaki (± 20 m) yang dikenal sebagai Kolossi Memnon, dua patung peninggalan Amenhotep III, ditempat ini tidak perlu pakai biaya tiket masuk, kami hanya foto-foto tanpa mendengar penjelasan dari Guide seperti ditempat-tempat yang lain.
Sesampainya dihotel kami mendapat waktu sekitar Dua jam untuk istirahat dan makan siang, sebelum perjalan dilanjutkan ke Karnak Temple yang tidak jauh dari hotel yang kami tempati.
Meski sebelumnya sudah mengunjungi karnak temple untuk menyaksikan parade sound and light, ke karnak kali ini tetap menarik, sudut-sudut  kuil terlihat lebih jelas dari sebelumnya, bagian paling depan berjejer puluhan patung singa berkepala kambing, setelah melewati gerbang kami melewati tiang-tiang besar yang berukir indah dan lebih dalam lagi kami melihat berderet patung-patung dewa yang dipuja oleh orang mesir kuno ada juga patung raja-raja dan para istrinya.


Karnak temple merupakan tempat ibadah dizaman mesir kuno,  Dibagian paling dalam terdapat kolam yang sangat luas, dinamakan Buhairah Muqaddasah (danau suci), meski berada di tengah-tengah daerah yang tandus yang kanan kirinya lebih banyak gurun dan bebatuan, tapi airnya tetap jernih dan tidak berkurang.
Setelah magrib kami bergerak ke hotel, acara selanjutnya adalah makan-makan dan pesta tapi saya lebih memilih ke cafe untuk menonton El Classico sambil menikmati sahlab (minuman kelapa hangat)  yang menurut saya sahlab Luxor lebih enak dari pada sahlab yang ada di cafe Kairo, bersama penduduk luxor saya berteriak larut dalam susana tegang yang disudahi pertandingan antara Real Madrid dan Barcelona dengan skor (1-1).
Sebelum kembali ke hotel saya sempat berjalan bertolak dari arah jalan kehotel, suasana sunyi dan hening, sangat berbeda dengan kairo, selanjutnya saya kehotel dan istirahat untuk mengumpulkan tenaga. sebelum meninggalkan luxor menuju Aswan esok harinya yang masih menyisakan separuh tempat wisata yang ada didalam jadwal.


Sumber : Kompasiana.com




Sabtu, 23 Februari 2013

Luxor: Napak Tilas Peninggalan Fir’aun yang Mencengangkan (Part I)



Sejarah Mesir kuno telah dimulai pada sekitar permulaan tahun 3400 SM, dengan dimulainya budaya bercocok tanam dan  berakhirnya sifat hidup nomaden (berpindah-pindah) hingga terbentuk masyarakat baru di Mesir. Masyarakat yang baru terbentuk ini kemudian berkembang hingga membentuk kerajaan-kerajaan kecil. Menjelang tahun 3000 SM, kerajaan-kerajaan kecil yang ada itu terkelompok menjadi dua bagian kerajaan besar yaitu: Mesir Hulu di bagian selatan dengan ibukota Thebes (sekarang Luxor) dan Mesir Hilir di bagian utara dengan ibukota Memphis. Kedua kerajaan ini kemudian dapat dipersatukan oleh Menes, raja Mesir Hilir, dengan Memphis sebagai ibukota baru. Pada masa raja Menes ini juga, huruf Hieroglyphics diciptakan.
Kerajaan dinasti pertama didirikan di kota ini. Tapi sejak berdirinya kerajaan baru pada 1570 SM, ibukota Mesir kuno berpindah dari Memphis ke Thebes. Meskipun demikian, kota Memphis tetap merupakan tempat tinggal para pembesar dan pejabat kerajaan.
Selama rentang waktu 2250 tahun Mesir kuno telah diperintah oleh 330 Fir`aun (Pharaoh) yang terbagi dalam 31 dinasti. Kekuasaan raja-raja dinasti Mesir berakhir pada tahun 332 SM dengan kedatangan Iskandar Agung (Alexander the Great) dari Macedonia, putra Raja Philip dan murid Aristoteles. Pada saat itulah Mesir mulai memasuki babak baru dalam perjalanan sejarahnya dengan masuknya gelombang Hellenisme dari Yunani.
Luxor sekarang ini menjadi sebuah kota modern yang terletak di kedua tepi timur dan barat sungai nil di Mesir, kota subur yang menawarkan banyak tempat wisata menarik, hampir semuanya peninggalan raja-raja Mesir yang sangat mengagumkan dan sisa dari peradaban yang telah mencuri perhatian dunia.
Namun tidak semua wisatawan berkesempatan mengunjunginya saat berlibur ke Mesir, bukan karena apa-apa melainkan karena jarak antara Luxor dengan kairo sangatlah jauh, sehingga membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama di Mesir.
Cerita Fir’aun yang melegenda dan sisa peradaban tertua yang dimiliki Mesir membuat saya sangat tertarik untuk bisa mengunjunginya, dengan mendaftarkan diri di sebuah organisasi yang menghimpun mahasiswa asing di Mesir, saya bisa berangkat dengan biaya yang sangat murah dengan fasilitas mewah.


 Tepatnya tanggal 28 Januari 2013, kami serombongan yang terdiri dari berbagai mahasiswa asing di Mesir seperti Indonesia, vietnam, Turky, Bosnia, Syiria, Maroko, Yaman dan yang lainnya, berkumpul di stasiun kereta Ramses pada jam Sepuluh malam, kereta dijadwalkan berangkat ke Luxor jam Satu dini hari, namun karena ada sedikit kendala dengan keretanya, kami harus tertunda lebih dari Satu jam setengah. Digerbong kereta nomer Tujuh kami berkumpul satu rombongan.
Tiga Belas jam dikereta membuat kami jenuh dan bosan, sampai akhirnya kereta berhenti di stasiun yang kanan dan kirinya terdapat tulisan besar “Mahathoh Luxor” dalam bahasa indonesia yang berati stasiun Luxor, dengan menarik nafas panjang yang pelan-pelan dikeluarkan lagi sambil berkata “Alhamdulillah”, akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan.
Didepan stasiun kereta luxor kami serombongan sudah ditunggu sebuah bis travel yang sangat bagus, pada akhirnya kami diantar ke hotel karnak, sebuah hotel bintang tiga yang seharinya 250 LE untuk Double bed, sebelum masuk hotel ketua rombongan mengingatkan kami akan agenda yang telah dibuat, dengan pakaian dan muka yang lusuh karena kelamaan di kereta saya masuk hotel dan langsung menuju kamar bernomer 311 yang telah dibagi sebelumnya.
Setelah menaruh koper dan cuci muka saya langsung menyusul rombongan yang sebagian besar sudah berkumpul di restoran dilantai paling dasar untuk makan siang, dan selesainya itu langsung kembali ke bus yang telah menunggu di depan hotel.
Karena terlambatnya jadwal pemberangkatan kereta menyebabkan dirubahnya sebagian jadwal liburan yang telah disusun. Bus membawa kami ketempat tujuan yang pertama yaitu parade sound And light di Karnak temple.


Menjelang tenggelamnya matahari di ufuk barat, rombongan kami dan rombongan yang lainya sudah berdiri didepan gerbang Karnak temple yang cukup gelap. Tiba-tiba lampu warna-warni menyala, nampak puluhan patung singa berkepala kambing berjejer-jejer bersamaan bunyi gong yang sangat keras menandai dimulainya parade sound and light, terdengar suara dialog antara raja dengan para punggawa kerajaan sebagai gambaran apa yang kiranya pernah terjadi dimasa lampau lewat sound yang terpasang disudut-sudut kuil.
Tiba-tiba lampu mati dan suara yang tadi terdengar nyaring pun ikut hilang, suasana menjadi sangat sunyi sebelum lampu warna warni yang ada beberapa meter didepan kami menyala, rombongan bergerak masuk kedalam kuil mengikuti lampu yang menyala sambil mendengar cerita percakapan antara raja dan pungawanya dilanjutkan kembali. kali ini bukan patung singa berkepala kambing lagi yang kami lihat melainkan tiang-tiang yang kuat dan kokoh menjulang tinggi nan indah.
Lampu dan suara hilang untuk kedua kalinya, suasana kembali menjadi sunyi dan sangat gelap, kemudian beberapa meter didepan kami ada lampu yang menyoroti patung-patung besar menyeruapai dewa yang di puja-puji oleh orang mesir kuno. Selain itu juga ada dua obelisk yang tinggi. tidak ketinggalan suara percakapan yang membuat suasana lebih dramatis.


Disegmen terakhir, pengunjung dipersilahkan duduk di kursi yang berderet layaknya tempat teater yang berada di salah satu sisi danau suci. Kembali suara dan efaek cahaya di mainkan, kali ini terdengar suara perempuan, anak salah satu raja berdialog dengan ayahnya. Efek cahaya karnak temple yang memantul ke danau dan suara yang menggelegar membuat pengunjung larut dalam suasana.
Dengan bus yang sama kami bergerak menuju ketempat yang ke Dua, kali ini Luxor Temple yang dituju. Tempat ini tidak jauh berbeda dengan tempat sebelumnya, Sebuah kuil besar disoroti lampu warna-warni yang tampak cantik dan menawan tanpa ada suara seperti tempat sebelumnya.
Di bagian depan kuil tampak obelisk yang tinggi berornamen huruf hieroglyp dan dikedua sisi pintu masuk terdapat patung Ramses beserta istrinya yang sangat besar, tidak jauh dari pintu masuk terdapat ruangan persegi berisi deretan patung-patung besar, kemudian ruangan seanjutnya berisi tiang-tiang besar menjulang tinggi yang sangat indah, di tempat paling ujung terdapat kamar-kamar yang didindingnya terukir lukisan yang mengisahkan kehidupan sehari-hari pada zaman dulu.
Karena terlalu terkagum dengan tempat yang dikunjungi lelahpun jadi tidak terasa, hingga ketua rombongan mengingatkan kami bahwa waktu sudah larut malam dan harus kembali ke hotel untuk istirahat menyiapkan energi buat hari berikutnya.


Sumber : Kompasiana.com


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India