Rabu, 06 Maret 2013

Luxor: Tapak Tilas Peninggalan Fir’aun Yang Mencengangkan (Part V-Habis)



 Hari ini adalah hari terakhir saya dan rombongan berada di kota Aswan, meskipun masih mempunyai tiga tempat wisata lagi yang akan di kunjungi sebagai pelengkap tour kami, hati terasa sangat berat untuk segera meninggalkan kota yang begitu indah ini.
Dari pagi hari sebelum matahari muncul saya sudah duduk dibalkon yang menghadap langsung kesungai Nil, gemerlap lampu yang padam satu persatu seiring munculnya matahari semakin menampakkan keindahan sungai Nil, tidak lama setelah itu saya langsung menuju ke restoran sambil membawa koper karena pagi ini juga kami akan check out dari hotel.
Tampak petugas hotel sudah menunggu kami dimejanya, satu persatu dari kami memberikan kunci kamar hotel yang kemudian duduk memenuhi ruangan resepsionis sambil menunggu perintah untuk masuk kedalam bus yang sudah menunggu dari pagi tadi.
Bagasi bus terbuka, ketua rombongan mempersilahkan kami untuk segera naik kedalam bus, setelah dipastikan tidak ada perserta yang ketinggalan, bus langsung bergerak ketempat wisata pertama untuk hari ini yaitu bendungan Aswan.
Sesuai namanya, bendungan ini berada dikota Aswan, salah satu kota di mesir bagian utara atau biasa disebut Upper Egypt. Pembangunan bendungan Aswan digagas oleh presiden kedua Mesir, Gamal Abdel Nasser, fungsi bendungan ini sangatlah banyak, selain mencegah banjir juga digunakan sebagai pembangkit listrik dan irigasi untuk pertanian.


Bendungan yang penjangnya kurang lebih Dua mil ini dibangun sekitar tahun 1960-an, selain banyak manfaatnya, bendungan ini juga memiliki panorama yang indah, bagian utara bendungan terdapat danau Nasser yang sangat luas bak lautan dan bagian selatan bendungan terlihat sungai yang seolah-olah tidak ada ujungnya.
Perjalanan dilanjutkan ke Philae Temples. Kuil-kuil yang sempat dikuasai dan dimanfaatkan oleh tiga agama atau kepercayaan ini berada di tengah-tengah aliran sungai Nil. Pengunjung harus menggunakan perahu untuk sampai ke kuil ini, lagi-lagi sungai Nil tidak mampu menyembunyikan keindahanya yang begitu alami.
Bangsa Yunani, Romawi dan kaum Masehi (Kristiani) pernah menggunakan bangunan-bangunan ini sebagai tempat ibadah mereka. Hal ini juga nampak dari beberapa perubahan yang ada pada kuil-kuil. Orang Masehi misalnya, sempat mengukirkan lambang salib pada beberapa sudut bangunan. Beberapa pahatan yang mengambarkan bentuk dewa Mesir kuno juga terpaksa dirusak oleh penguasa kuil setelahnya. Konon, orang Mesir kuno mengkhususkan tempat ini untuk pemujaan pada Dewi Isis.


Saat ini, Philae Temples berada di pulau Agelica, lebih kurang 500 meter dari tempat aslinya. Hal ini karena sekitar tahun 1960-an, pada saat pembangunan Aswan High Dam, kumpulan kuil Philae sempat terendam air. Ketika itu yang tampak hanya pucuk-pucuk dan atap-atap bangunanya saja. Karenanya, pemerintah Mesir bersama UNESCO berinisiatif memindahkan seluruh bangunan Philae Temples di daratan yang tak tergenang air dan pulau Agelica lah yang jadi pilihan.
Pilihan pulau Agelica ini sepertinya sudah dipikirkan matang-matang. Terbukti keindahan nuansa yang dapat terangkum saat berada di pinggiran pulau kecil ini. Angin semilir yang banyak berhembus di sekitar pulau Agelica juga menambah suasana makin enak dinikmati, pemandangan yang luar biasa juga sangat memanjakan mata.
Al-Masallah al-Naqishah menjadi akhir tujuan wisata kali ini. Ia merupakan gunung batu tempat pembuatan Obelisk, dalam pembuatanya juga cukup unik, obelisk dipahat langsung dari gunung tersebut, mengingat akan besarnya obelisk, pasti proses pembuatanya akan memakan waktu yang cukup lama. Sampai saat ini masih ada bekas obelisk yang belum sempurna pembuatanya yang masih menempel pada gunung tersebut.
Al-masallah al-Naqishah berada di samping perkuburan dinasti Fatimiyah yang tidak jauh dari hotel sarah yang kami tempati sebelumnya. setelah sekitar Satu jam setengah berada disana kami kembali kehotel sarah lagi, kali ini bukan untuk istirahat disana melainkan hanya makan siang karena kami sudah check out sejak pagi tadi.


Pukul 14.30 kami sudah sampai di stasiun kereta Aswan, bercanda dengan sesama menjadi obat jenuh selama menunggu keberangkatan yang terjadwal jam 16.00. Meskipun kereta yang kami tumpangi tergolong tidak jelek tapi berlama-lama didalamnya sangat membosankan, banyangkan saja untuk sampai di kairo kami membutuhkan waktu Tujuh Belas jam dengan keadaan duduk dan udara yang sangat dingin.
Alhamdulillah, kami sampai kairo pukul Sembilan pagi, meskipun hanya seminggu kami bersama dalam tour ini tapi rasa kekeluargaan sudah terbangun, untungnya sebelum pulang kami sempat bertukar nomer handphone, Facebook dan Twitter. Setelah keluar dari stasiun Ramses kami berpisah sesuai daerah tempat tinggal masing-masing. Sedangkan saya dengan menggunakan taxi langsung menuju daerah Madinah Nasr Kairo.
Cukup sekian repoetase ini apabila ada kesalahan dalam segala hal saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. semoga apa yang saya alami cukup memberi gambaran bagi yang ingin berkunjung di Mesir atau hanya sebagai pengetahuan saja.


Sumber : kompasiana.com
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India