Kamis, 28 Februari 2013

Luxor: Napak Tilas Peninggalan Fir’aun Yang Mencengangkan (Part III)


Pagi ini saya harus mengemasi barang bawaan, sarapan kali ini lebih siang dibanding hari sebelumnya. Saya langsung menuju ke restoran sambil membawa koper, dan petugas hotel sudah menunggu kami untuk menerima kembali kunci kamar.
Tepat jam 09.00 bis bergerak menuju kota Aswan, sebuah kota berpenduduk 290,327 jiwa yang mempunyai tempat wisata menarik, tidak kalah menariknya dengan Luxor, Kairo ataupun Alexandria. Aswan adalah salah satu kota di Mesir bagian utara atau biasa disebut Upper Egypt. kota ini juga berbatasan langsung dengan negara Sudan.
Dijadwal yang saya pegang, rombongan baru akan sampai kota Aswan pada sore hari, karena sepanjang perjalanan menuju kesana, kami masih akan mampir ke dua lokasi yang tidak kalah menariknya dengan tempat wisata sebelumnya.
Rasanya mata ini tidak sanggup untuk dipejamkan, kepala yang tidak henti-hentinya menoleh ke kanan dani kiri sepanjang perjalanan, bagaimana tidak, pemandangan yang indah selalu tersaji, Sungai Nil yang biru dihiasi perahu layar putih, bukit batu indah yang menguning dan sawah yang sangat subur silih berganti memanjakan mata.

Sampai Akhirnya kami telah sampai di tujuan pertama pada tengah siang hari,  Edfu Temple menjadi obyek wisata terdekat dari perjalanan Luxor-Aswan. Kuil ini terletak ditepi barat sungai Nil di kota Edfu sekitar 105 KM sebelum kota Aswan.
Kuil ini didirikan untuk menyembah dewa Horus, Horus adalah salah satu dewa tertua di dalam agama Mesir kuno, digambarkan dengan burung elang, jika merujuk pada gambar yang di pahat indah dikuil, dewa Horus digambarkan sebagai seorang pria dengan kepala elang, dipercaya sebagai dewa matahari, perang dan pelindung.
Bagian depan bangunan utamanya adalah pintu gerbang menjulang tinggi, diapit benteng yang lebih tinggi lagi di kanan-kirinya. Tepat didepan pintu gerbang terdapat Dua patung berbentuk burung elang. Bagian dalam Edfu Temple cukup gelap. Ini karena bagian atas kuil tersebut tertutup rapat, berbeda dengan Karnak Temple dan Luxor Temple yang tidak memiliki atap. Di dinding-dinding kuil ini, banyak terukir cerita tentang Dewa Horus dan beberapa dewa lainnya. Yang paling mencolok adalah gambaran tentang iid al-liqaa’ al-jamiil (perayaan bertautnya dua cinta), dimana menunjukkan bertemunya Dewa Horus dan istrinya yang bernama Hathur. Gambaran lain, seperti yang terukir di atap Edfu Temple adalah betapa cantiknya salah satu sesembahan orang Mesir kuno, Dewi Nut.
Jam dua siang kami melanjutkan perjalanan , Kom Ambo Temple mejadi tujuan selanjutnya, Sebuah Kuil yang berdiri kokoh di Km 45 perjalanan Edfu-Aswan ini terlihat anggun berada di dataran tinggi di tepian sungai Nil yang mengalir dari selatan ke utara.

Kum Ambo merupakan kuil yang unik, karena mempunyai Dua desain yang berbeda, disebelah selatan didedikasikan untuk dewa yang bernama Sobek, dewa kesuburan dan pencipta, digambarkan seorang lelaki berkepala buaya, sementara itu disebelah utara didedikasikan untuk dewa elang Haroeris, juga terkenal dengan sebutan Horus The Elder.
Hampir jam Lima sore kami baru memasuki kota Aswan,  semua orang berdecak kagum melihat indahnya kota yang tampak dari jendela bus, kota yang rapi, bersih dan mempunyai pemandangan indah karena jalannya menyisiri sungai Nil, banyaknya pelahu layar dan boat yang memenuhi sungai Nil membuat kota ini terlihat cantik.
Alhamdulillah, hotel Sarah yang kami tempati jauh lebih baik dari hotel yang ada di Luxor, dikamar 217 yang saya tempati mempunyai view indah yang menghadap langsung ke sungai Nil, setelah mandi saya langsung menuju restoran yang terletak di lantai satu, makan sambil berfikir mau kemana setelah ini, karena dijadwal agenda selanjutnya adalah istirahat karena besok perjalanan akan dimulai jam Dua dini hari.

Menurut saya sangat sayang jika waktu tidak dipergunakan sebaik-baiknya, Selagi di kota Aswan tidak boleh hanya berpindah tidur. Meski dekat dengan sungai Nil, ternyata untuk mencapai Kornis (tepian sungai) cukup jauh dan harus menggunakan kendaraan, karena hotel Sarah berada diatas bukit.
Dengan menggunakan angkutan umum sampai juga di kornis Nil, yang membuat heran, ongkos angkutan masih sangat murah hanya setengah Pound Mesir.  kornis Nil cukup ramai, Sungainya terlihat menawan dengan sinaran lampu-lampu yang ada di sepanjang jalan, namun menurut saya sungai Nil di Kairo lebih indah dibanding Aswan pada malam hari.  meski jika disiang hari Aswan belum ada yang menandingi.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 22.30, dengan kendaraan umum saya kembali kehotel untuk istirahat, karena jam satu malam saya harus sudah siap untuk melanjutkan perjalanan ke Abu Simbel yang berada di dekat perbatasan antara Mesir dan Sudan.

Sumber: kompasiana.com

Selasa, 26 Februari 2013

Luxor: Napak Tilas Peninggalan Fir’aun yang Mencengangkan (Part II)


Berkat alarm handphone, saya terbangun jam 03.30 kemudian mandi. Sayup-sayup suara Al-Qur’an terdengar dari luar hotel, jendela yang ada dipojok ruangan sedikit saya buka membuat lantunan Al-Qur?n dari masjid sekitar menjadi tambah jelas, semilir hawa dingin masuk kamar, hati ini larut dalam suasana. Suasana rindu akan tanah air, suasana yang tidak pernah saya temui di Kairo, dengan hati yang sangat susah dijelaskan dengan tulisan, saya panjatkan doa untuk ke Dua orang tua yang ada di tanah air semoga selalu diberi kesehatan dan salalu bahagia dalam Ridho-NYA. Amin…
Satu jam Lima Belas menit kemudian suara adzan bersahut-sahutan dari berbagai sudut kota, tanda masuk waktu sholat subuh, waktu sholat subuh diluxor lebih cepat Lima menit dari pada Kairo. seperti dijadwal, saya harus turun kerestoran di lantai bawah hotel tepat jam Enam pagi untuk sarapan dan Satu jam kemudian  perjalanan akan dimulai untuk hari ini.
Bus yang sama sudah menunggu kami sebelum jam Tujuh. Tujuan pertama hari ini adalah Valley of the kings “kota kematian” , tempat di mana semua penerus Dewa Amun dimakamkan bersama kekayaan yang dapat dibawa ke kehidupan abadi (menurut kepercayaan mereka). Menyimpan catatan koleksi seni dan catatan arkeologis Mesir purba yang berlimpah, sebagian bahkan dirunut kembali sampai 3000 SM. Penggalian terakhir dilakukan atas makam Fir’aun kecil, Tutankhamun, yang penuh dengan perhiasan emas, patung dan surat berharga.
Lokasi ini seperti bukit yang melingkar dan ditengah-tengahnya terdapat banyak lorong masuk kedalam tanah layaknya goa yang indah, dinding-dindingnya terukir lukisan bergambar kisah kehidupan dan tertulis sebuah cerita dengan huruf hieroglyps yang sangat indah dan warna warni, konon pewarnanya terbuat dari bahan alami dari tumbuh-tumbuhan yang terjaga hingga saat ini, pada ujung terowongan terdapat bongkahan batu yang sangat besar nan indah layaknya peti mati, dan tempat itulah jasad raja atau keluarganya disimpan sebelum dipindahkan, sayangnya dilokasi itu tidak diperkenankan untuk mengambil gambar baik dari kamera, hendycam atau bahkan dari handphone.
Ada sekitar 62 terowongan yang ditemukan dan hanya separuhnya saja yang diketahui pemiliknya, diantaranya : Ramses VII, Ramses IV, Son of Ramses III, Ramses XI, Son of Ramses II, Ramses XI, Ramses II, Merenptah, Ramses V & VI, Amenmeses, Ramses III, Bay, Tausert & Setnakht, Sety II, Ramses I, Sety I, Ramses X, Ramses Mentuherkhepeshef, Thutmes III, Amenhetep II, Maiherperi, Thutmes I, Hatshepsut Meryet-Ra, Thutmes IV, Yuya & Thuya, Siptah, Amarna Chace, Horemnep, Sitra dan yang terakhir Tutankhamun.


Tidak jauh dari Valley of the kings, Bus mengantar kami ke Hatshepsut Temple peninggalan Dinasti XVIII, menggambarkan bahwa kelahiranya yang penuh keajaiban, karena sebab bersatunya Ratu Ahmes dan Dewa Amun (menurut kepercayaan Mesir Kuno).
Sebuah kuil yang terdiri dari Tiga lantai yang tidak biasa, bangunan langsung menempel gunung batu yang tandus serta amat jauh dari nuansa kehidupan makhluk baik hewan maupun tumbuhan. bangunan yang disangga tiang-tiang besar dan kokoh ditengahnya terdapat patung-patung membuat bangunan ini sangat berbeda dengan temple lainya yang ada di luxor.
Setelah selesai di Hatshepsut Temple ini, peserta diajak menuju ke tempat pembuatan Alabaster. Tidak jauh dari Hatshepsut Temple, berdiri banyak sekali usaha produksi Alabaster. Alabaster merupakan hasil kerajinan khas di kawasan itu. Terbuat dari bebatuan yang keras dan kuat, bisa menjadi patung-patung kecil, pot atau vas bunga, asbak dan berbagai macam hiasan lainnya.
Saat sampai di salah satu tempat produksi Alabaster itu, sang pemilik menunjukkan cara pembuatan Alabaster, lengkap dengan berbagai peralatannya yang banyak sekali macamnya. Pemilik tempat juga menguji kekuatan batu Alabaster dengan mengadukannya secara keras, terbukti tak lecet sedikitpun apalagi patah atau pecah.
Setelah atraksi pembuatan, peserta dipersilakan masuk ke dalam showroom. Di dalamnya terdapat berbagai macam Alabaster yang sudah jadi. Bahan bakunya pun berwarna-warni. Bahkan beberapa saat sempat dipertunjukkan bahwa batu-batu tertentu dapat menyala saat gelap. Pintu dan jendela ditutup rapat, lalu listrik dimatikan. Beberapa orang sempat menjerit kaget, tapi ternyata itu untuk menunjukkan bahwa ada batu yang bisa menyala. Saat tiba waktunya kembali ke bus, beberapa orang nampak membawa Alabster, hasil pembelian dari sang pemilik. Perjalanan pun dilanjutkan kembali.


Habou Temple menjadi lokasi selanjutnya, bangunan yang hampir sama dengan yang kuil lainya, terdiri dari beberapa bangunan yang didirikan dari batu-batu besar nan keras, berbentuk tiang-tiang besar dan patung-patung besar serta beberapa ruangan berukir indah yang mengaambarkan kejadian, legenda atau dongeng di jaman mesir kuno.
Karena sudah terlalu siang bus bergerak menuju hotel, namun sebelum sampai hotel bus berhenti di pinggir jalan yang dekat dengan Dua patung besar setinggi ± 70 kaki (± 20 m) yang dikenal sebagai Kolossi Memnon, dua patung peninggalan Amenhotep III, ditempat ini tidak perlu pakai biaya tiket masuk, kami hanya foto-foto tanpa mendengar penjelasan dari Guide seperti ditempat-tempat yang lain.
Sesampainya dihotel kami mendapat waktu sekitar Dua jam untuk istirahat dan makan siang, sebelum perjalan dilanjutkan ke Karnak Temple yang tidak jauh dari hotel yang kami tempati.
Meski sebelumnya sudah mengunjungi karnak temple untuk menyaksikan parade sound and light, ke karnak kali ini tetap menarik, sudut-sudut  kuil terlihat lebih jelas dari sebelumnya, bagian paling depan berjejer puluhan patung singa berkepala kambing, setelah melewati gerbang kami melewati tiang-tiang besar yang berukir indah dan lebih dalam lagi kami melihat berderet patung-patung dewa yang dipuja oleh orang mesir kuno ada juga patung raja-raja dan para istrinya.


Karnak temple merupakan tempat ibadah dizaman mesir kuno,  Dibagian paling dalam terdapat kolam yang sangat luas, dinamakan Buhairah Muqaddasah (danau suci), meski berada di tengah-tengah daerah yang tandus yang kanan kirinya lebih banyak gurun dan bebatuan, tapi airnya tetap jernih dan tidak berkurang.
Setelah magrib kami bergerak ke hotel, acara selanjutnya adalah makan-makan dan pesta tapi saya lebih memilih ke cafe untuk menonton El Classico sambil menikmati sahlab (minuman kelapa hangat)  yang menurut saya sahlab Luxor lebih enak dari pada sahlab yang ada di cafe Kairo, bersama penduduk luxor saya berteriak larut dalam susana tegang yang disudahi pertandingan antara Real Madrid dan Barcelona dengan skor (1-1).
Sebelum kembali ke hotel saya sempat berjalan bertolak dari arah jalan kehotel, suasana sunyi dan hening, sangat berbeda dengan kairo, selanjutnya saya kehotel dan istirahat untuk mengumpulkan tenaga. sebelum meninggalkan luxor menuju Aswan esok harinya yang masih menyisakan separuh tempat wisata yang ada didalam jadwal.


Sumber : Kompasiana.com




Sabtu, 23 Februari 2013

Luxor: Napak Tilas Peninggalan Fir’aun yang Mencengangkan (Part I)



Sejarah Mesir kuno telah dimulai pada sekitar permulaan tahun 3400 SM, dengan dimulainya budaya bercocok tanam dan  berakhirnya sifat hidup nomaden (berpindah-pindah) hingga terbentuk masyarakat baru di Mesir. Masyarakat yang baru terbentuk ini kemudian berkembang hingga membentuk kerajaan-kerajaan kecil. Menjelang tahun 3000 SM, kerajaan-kerajaan kecil yang ada itu terkelompok menjadi dua bagian kerajaan besar yaitu: Mesir Hulu di bagian selatan dengan ibukota Thebes (sekarang Luxor) dan Mesir Hilir di bagian utara dengan ibukota Memphis. Kedua kerajaan ini kemudian dapat dipersatukan oleh Menes, raja Mesir Hilir, dengan Memphis sebagai ibukota baru. Pada masa raja Menes ini juga, huruf Hieroglyphics diciptakan.
Kerajaan dinasti pertama didirikan di kota ini. Tapi sejak berdirinya kerajaan baru pada 1570 SM, ibukota Mesir kuno berpindah dari Memphis ke Thebes. Meskipun demikian, kota Memphis tetap merupakan tempat tinggal para pembesar dan pejabat kerajaan.
Selama rentang waktu 2250 tahun Mesir kuno telah diperintah oleh 330 Fir`aun (Pharaoh) yang terbagi dalam 31 dinasti. Kekuasaan raja-raja dinasti Mesir berakhir pada tahun 332 SM dengan kedatangan Iskandar Agung (Alexander the Great) dari Macedonia, putra Raja Philip dan murid Aristoteles. Pada saat itulah Mesir mulai memasuki babak baru dalam perjalanan sejarahnya dengan masuknya gelombang Hellenisme dari Yunani.
Luxor sekarang ini menjadi sebuah kota modern yang terletak di kedua tepi timur dan barat sungai nil di Mesir, kota subur yang menawarkan banyak tempat wisata menarik, hampir semuanya peninggalan raja-raja Mesir yang sangat mengagumkan dan sisa dari peradaban yang telah mencuri perhatian dunia.
Namun tidak semua wisatawan berkesempatan mengunjunginya saat berlibur ke Mesir, bukan karena apa-apa melainkan karena jarak antara Luxor dengan kairo sangatlah jauh, sehingga membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama di Mesir.
Cerita Fir’aun yang melegenda dan sisa peradaban tertua yang dimiliki Mesir membuat saya sangat tertarik untuk bisa mengunjunginya, dengan mendaftarkan diri di sebuah organisasi yang menghimpun mahasiswa asing di Mesir, saya bisa berangkat dengan biaya yang sangat murah dengan fasilitas mewah.


 Tepatnya tanggal 28 Januari 2013, kami serombongan yang terdiri dari berbagai mahasiswa asing di Mesir seperti Indonesia, vietnam, Turky, Bosnia, Syiria, Maroko, Yaman dan yang lainnya, berkumpul di stasiun kereta Ramses pada jam Sepuluh malam, kereta dijadwalkan berangkat ke Luxor jam Satu dini hari, namun karena ada sedikit kendala dengan keretanya, kami harus tertunda lebih dari Satu jam setengah. Digerbong kereta nomer Tujuh kami berkumpul satu rombongan.
Tiga Belas jam dikereta membuat kami jenuh dan bosan, sampai akhirnya kereta berhenti di stasiun yang kanan dan kirinya terdapat tulisan besar “Mahathoh Luxor” dalam bahasa indonesia yang berati stasiun Luxor, dengan menarik nafas panjang yang pelan-pelan dikeluarkan lagi sambil berkata “Alhamdulillah”, akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan.
Didepan stasiun kereta luxor kami serombongan sudah ditunggu sebuah bis travel yang sangat bagus, pada akhirnya kami diantar ke hotel karnak, sebuah hotel bintang tiga yang seharinya 250 LE untuk Double bed, sebelum masuk hotel ketua rombongan mengingatkan kami akan agenda yang telah dibuat, dengan pakaian dan muka yang lusuh karena kelamaan di kereta saya masuk hotel dan langsung menuju kamar bernomer 311 yang telah dibagi sebelumnya.
Setelah menaruh koper dan cuci muka saya langsung menyusul rombongan yang sebagian besar sudah berkumpul di restoran dilantai paling dasar untuk makan siang, dan selesainya itu langsung kembali ke bus yang telah menunggu di depan hotel.
Karena terlambatnya jadwal pemberangkatan kereta menyebabkan dirubahnya sebagian jadwal liburan yang telah disusun. Bus membawa kami ketempat tujuan yang pertama yaitu parade sound And light di Karnak temple.


Menjelang tenggelamnya matahari di ufuk barat, rombongan kami dan rombongan yang lainya sudah berdiri didepan gerbang Karnak temple yang cukup gelap. Tiba-tiba lampu warna-warni menyala, nampak puluhan patung singa berkepala kambing berjejer-jejer bersamaan bunyi gong yang sangat keras menandai dimulainya parade sound and light, terdengar suara dialog antara raja dengan para punggawa kerajaan sebagai gambaran apa yang kiranya pernah terjadi dimasa lampau lewat sound yang terpasang disudut-sudut kuil.
Tiba-tiba lampu mati dan suara yang tadi terdengar nyaring pun ikut hilang, suasana menjadi sangat sunyi sebelum lampu warna warni yang ada beberapa meter didepan kami menyala, rombongan bergerak masuk kedalam kuil mengikuti lampu yang menyala sambil mendengar cerita percakapan antara raja dan pungawanya dilanjutkan kembali. kali ini bukan patung singa berkepala kambing lagi yang kami lihat melainkan tiang-tiang yang kuat dan kokoh menjulang tinggi nan indah.
Lampu dan suara hilang untuk kedua kalinya, suasana kembali menjadi sunyi dan sangat gelap, kemudian beberapa meter didepan kami ada lampu yang menyoroti patung-patung besar menyeruapai dewa yang di puja-puji oleh orang mesir kuno. Selain itu juga ada dua obelisk yang tinggi. tidak ketinggalan suara percakapan yang membuat suasana lebih dramatis.


Disegmen terakhir, pengunjung dipersilahkan duduk di kursi yang berderet layaknya tempat teater yang berada di salah satu sisi danau suci. Kembali suara dan efaek cahaya di mainkan, kali ini terdengar suara perempuan, anak salah satu raja berdialog dengan ayahnya. Efek cahaya karnak temple yang memantul ke danau dan suara yang menggelegar membuat pengunjung larut dalam suasana.
Dengan bus yang sama kami bergerak menuju ketempat yang ke Dua, kali ini Luxor Temple yang dituju. Tempat ini tidak jauh berbeda dengan tempat sebelumnya, Sebuah kuil besar disoroti lampu warna-warni yang tampak cantik dan menawan tanpa ada suara seperti tempat sebelumnya.
Di bagian depan kuil tampak obelisk yang tinggi berornamen huruf hieroglyp dan dikedua sisi pintu masuk terdapat patung Ramses beserta istrinya yang sangat besar, tidak jauh dari pintu masuk terdapat ruangan persegi berisi deretan patung-patung besar, kemudian ruangan seanjutnya berisi tiang-tiang besar menjulang tinggi yang sangat indah, di tempat paling ujung terdapat kamar-kamar yang didindingnya terukir lukisan yang mengisahkan kehidupan sehari-hari pada zaman dulu.
Karena terlalu terkagum dengan tempat yang dikunjungi lelahpun jadi tidak terasa, hingga ketua rombongan mengingatkan kami bahwa waktu sudah larut malam dan harus kembali ke hotel untuk istirahat menyiapkan energi buat hari berikutnya.


Sumber : Kompasiana.com


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India