Jumat, 26 April 2013

[RESENSI] Fiqihus-Sunnah



As-Sayyid Sabiq, ulama Al-Azhar yang aktif dalam pergerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun pimpinan Hasan Al-Banna, sejak awal abad lalu telah menyusun sebuah kitab fiqih yang terbilang praktis dan mudah, khususnya buat para pemula. Kitab itu diberi nama Fiqihus-Sunnah (فقه السنة). Awalnya kitab itu ditulisnya dalam bentuk buku-buku kecil-kecil, lebih dari selusin jilid. Kemudian jumlah jilidnya terus berkembang dan akhirnya keseluruhannya dibundel menjadi dua atau tiga jilid ukuran lebih besar.
Kelebihan kitab itu yang utama adalah dari segi kepraktisan, karena memang didesain sejak awal untuk menjadi kitab yang kecil dan mudah. Tiap masalah dikaitkan langsung dengan dalilnya, baik Al-Quran maupun as-Sunnah, tanpa menyebutkan ikhtilaf para ulama, kecuali bila dianggap perlu sekali.
Penulisnya berupaya menghilangkan semua bentuk perbedaan pendapat di kalangan ulama, awalnya dengan tujuan kepraktisan. Sehingga yang dicantumkan hanyalah apa-apa yang menurut si pengarang dianggap paling shahih, tanpa menyebutkan bahwa ada perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam masalah tersebut.
Metode ini dalam beberapa hal ada baiknya, misalnya pembaca tidak diajak berpusing-pusing membaca sekian banyak perbedaan pendapat. Sebab penulis langsung memilih satu pendapat saja, tentunya secara subjektif.
Tapi kekurangannya, pembaca jadi tidak tahu bahwa ilmu fiqih itu sangat luas, dan memang ada banyak perbedaan pendapat di dalamnya. Kekurangan yang lain, meski pengakuan penulisnya bahwa kitabnya ini tidak bertumpu pada mazhab fiqih tertentu, namun dalam kenyataannya, tetap saja ada beberapa kendala. Misalnya, kalau diperhatikan dengan lebih seksama, sebenarnya pendapat-pendapat yang dipilih penulis lebih cenderung mengikuti pendapat mazhab yang dianut sang penulis, yaitu mazhab Al-Hanafiyah.
Setidaknya, sengaja atau tidak, fiqih mazhab Al-Hanafiyah menjadi sangat dominan dalam kitab ini. Sehingga kalau mau jujur saja, akan lebih baik kitab ini disebutkan terus terang sebagai kitab fiqih praktis versi mazhab Al-Hanafiyah.
Tetapi ketika penulisnya tidak membubuhkan identitas mazhab ini, bahkan malah mengatakan bahwa kitabnya adalah kitab Fiqih Islam yang tidak mengacu kepada mazhab tertentu, maka yang terjadi justru sebuah kebingungan (confuse), setidaknya di kalangan muslim yang sudah banyak mendalami fiqih perbandingan antar mazhab.
Karena itulah di Indonesia, khususnya di pesantren yang lekat dengan mazhab Asy-Syafi’iyah, atau di negeri jiran kita Malaysia, dimana mazhab Asy-Syafi’iyah dipegang dengan lebih tegas, kitab Fiqihus-Sunnah justru mengalami resistensi. Salah satunya barangkali karena dianggap sebagai kitab versi mazhab lain yaitu mazhab Al-Hanafiyah, yang tidak cocok dengan mazhab setempat.
Padahal untuk kitab selevel ini, mazhab Asy-Syafi’iyah pun punya beberapa kitab, misalnya Kifayatul Akhyar dan lainnya. Sayangnya, Kifayatul Akhyar yang jujur sejak awal menyebutkan identitas diri sebagai kitab mazhab Asy-syafi’iyah untuk pemula, justru kurang diminati di kalangan muslim perkotaan, khususnya di Indonesia.
Entah apa sebabnya, mungkin salah satunya karena masih membawa identitas mazhab tertentu. Sedangkan Fiqihus-Sunnah As-Sayyid Sabiq, barangkali karena justru mengatakan sebagai bukan kitab fiqih mazhab tertentu, tetapi merupakan hasil ijtihad sendiri, malah lebih diminati oleh banyak kalangan.
Tapi lepas dari kontroversi itu, kitab Fiqihus Sunnah memang lebih sering nampak di banyak toko buku, ketimbang kitab fiqih lainnya. Versi terjemahannya di Indonesia cukup banyak.
Entah benar atau tidak, memang ada semacam support pada pengantar kitab ini, yang ditulis oleh Hasan Al-Banna. Sebagai tokoh pergerakan yang kondang dan punya cabang di 70 negara Islam, beliau mendorong para aktifis Al-Ikhwan Al-Muslimun untuk merujuk kepada kitab karya muridnya ini, bila bicara tentang ilmu fiqih.
Mungkin ini juga yang menjadi penyebab dakwah Ikhwan di beberapa tempat mengalami resistensi, justru dilakukan oleh umat Islam sendiri, karena mereka membawa paham mazhab yang tidak sesuai dengan mazhab mayoritas yang ada di suatu negara.
Wallahu ‘alam.

Resensi Kitab Ini Ditulis Oleh : Ahmad Sarwat, Lc., MA

Kamis, 25 April 2013

[RESENSI] Al-Fiqihul Islami wa Adillatuhu



Di zaman modern ini, kitab fiqih yang cukup fenomenal dan penting salah satunya adalah kitab Al-Fiqihul Islami wa Adillatuhu, (الفقه الإسلامي و أدلته) yang ditulis oleh ulama Syria, Dr. Wahbah Az-Zuhaily..
Pertama kali saya memiliki kitab ini masih sembilan jilid. Tetapi sekarang umumnya kitab ini dijual versi dalam sebelas jilid. Penerbitnya cukup beragam, sehingga kita akan menemukan cover dan penampilan yang berbeda-beda.
Buat saya kitab ini adalah kitab yang unik dan menarik. Hal itu karena kitab ini sangat lengkap, nyaris banyak hal yang kalau saya cari di kitab-kitab lain semacam Fiqhussunnah tidak saya temukan, di kitab ini semua dibahas secara lengkap dan detail.
Apalagi kitab ini juga ditulis dengan sistem yang mudah dipahami, bahasa yang ringan, dan amat sistematis, sehingga para mahasiswa yang baru melek bahasa arab, insya Allah mampu membacanya dengan mudah dan ringan.
Tetapi ada juga orang yang keberatan dengan kitab ini, alasanya kitab ini terlalu tebal dan terlalu banyak jilidnya. Cuma mau tahu hukum suatu hal, lalu oleh penulisya dibahas panjang lebar. Sudah gitu, masih pula dibahas berbagai perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sehingga kita yang awam dan baru melek ilmu fiqih, bukannya tambah paham, malah tambah bingung.
Saya bisa mengerti problem itu. Memang buat kita yang baru mengenal ilmu fiqih, dan sudah terbiasa menerima informasi yang bersifat instan, praktis dan langsung pakai, kitab ini agaknya bukan kitab yang tepat. Untuk yang lebih praktis, atau untuk pemula, termasuk remaja dan anak-anak, memang lebih baik menggunakan kitab-kitab yang kecil, ringan, praktis dan singkat. Contoh kitab seperti itu misalnya kitab Fatul Qarib untuk mazhab Asy-syafi'i.
Sedangkan kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu ini memang lebih tepat buat mereka yang sudah punya dasar-dasar ilmu fiqih. Jadi tidak akan kebingungan ketika bertemu dengan berbagai perbedaan pendapat. Setidaknya, pokok masalahnya sudah diketahui, tinggal memahami kenapa sampai terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama.
Kitab ini terdiri dari 11 jilid tebal yang sarat dengan berbagai kajian fiqih dari berbagai mazhab, lengkap dengan dalil-dalil dan kitab rujukan. Total jumlah halamannya mencapai 8.000 lebih.
Maka tidak salah kalau kitab ini banyak dijadikan kitab pegangan di berbagai perguruan tinggi Islam di berbagai negeri muslim, khususnya untuk mata kuliah ilmu fiqih.
Kitab ini merupakan kitab yang menuliskan lengkap pendapat fiqih empat mazhab dan mazhab-mazhab lainnya yang dianggap berpengaruh, dengan disertai dengan dalil-dalil yang dipakai oleh masing-masing ulama.
Yang menarik, ternyata sudah ada penerbit di Indonesia yang menterjemahkan.Harganya tentu lumayan mahal, mengingat jumlahnya sampai 11 jilid.
Tetapi bagi yang belum punya dana cukup, bukan berarti tidak bisa membaca kitab ini. Maktabah syamilah yang tersohor itu juga di dalamnya ada kitab ini. Bahkan juga ada versi pdf yang siap didownload, cuma di internet hanya beredar versi yang 8 jilid, saya belum pernah menemukan versi 11 jilid.

Resensi Kitab Ini Ditulis Oleh : Ahmad Sarwat, Lc., MA

Rabu, 24 April 2013

[RESENSI] Al-Mufashshal fi Ahkam Al-Mar’ah



Kitab fiqih modern yang juga fenomenal adalah Al-Mufashshal fi Ahkam Al-Mar’ah wa Al-Bait Al-Muslim fi Asy-Syariah Al-Islamiyah (المفصل في أحكام المرأة و البيت المسلم في الشريعة الإسلامية).
Kitab yang totalnya terdiri dari 11 jilid ini ditulis oleh ulama negeri Iraq, Dr. Abdul Karim Zaidan. Beliau adalah guru besar dan rais qism Asy-Syariah Al-Islamiyah pada Fakultas Hukum Universitas Baghdad, Iraq.
Sebagaimana judulnya, kitab fiqih ini sesungguhnya adalah kitab yang membahas tentang fiqih wanita. Namun bukan berarti kitab ini tidak bicara tentang hukum fiqih secara lengkap.
Kalau kita telurusi lebih dalam, sebenarnya kitab ini merupakan karya ilmu fiqih yang cukup lengkap, mulai dari urusan thaharah sampai urusan yang paling luas seperti mengatur negara, jihad dan seterusnya.
Namun kalau di dalam tema-tema itu ada hal-hal yang menyangkut masalah wanita, beliau akan membahas secara lebih detail dan lebih panjang, melebihi porsi dari pembahasan yang umum.
Uniknya, berbeda dengan sistematika buku pada umumnya, buku ini dibuat dengan sistem nomor yang urut pada tiap sub judul atau sub pembahasan. Mulai dari jilid satu sampai jilid terahir yaitu jilid 11, nomor-nomor itu terus disusun berurutan.
Pada jilid terahir, kita menemukan nomor itu berjumlah 13.009. Hal itu berarti ada tiga belas ribuan nomor sub pembahasan dalam 11 jilid kitab ini. Yang sedikit berbeda lainnya adalah setiap memulai sub pembahasan baru, penulis tidak memulai dari definisi secara etimologi dan terminologi seperti umumnya tulisan ilmiyah, melainkan justru memulai dari ayat-ayat Al-Quran atau hadits-hadits yang terkait dengan tema pembahasan. Kemudian dilanjutkan dengan mencantumkan kutipan dari kitab-kitab tafsir yang muktamad, dan diikuti dengan pendapat-pendapat para ulama fiqih yang muktamad yang dikutip dari kitab-kitab mereka. 

Resensi Kitab Ini Ditulis Oleh : Ahmad Sarwat, Lc., MA.

Selasa, 23 April 2013

[RESENSI] Al-Mausu`ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah




Kita semua memimpikan punya tempat rujukan untuk semua masalah agama yang lengkap mewakili semua mazhab yang ada, tetapi tidak memihak hanya menyampaikan apa adanya, disertai dengan dalil-dalil yang kuat dari Quran, Sunnah, Ijma` Qiyas dan berbagai sumber fiqih lainnya, disusun berdasarkan abjad, dan dikerjakan oleh para ulama ahli di bidangnya.

Impian itu lama terpendam di benak setiap muslim selama berabad-abad, sampai akhirnya terbitnya kitab spektatuler yang diberi nama : Al-Mausu`ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah. Sebuah Ensiklopedi Fiqih terlengkap yang pernah ditulis sepanjang 14 abad lamanya.

Kenapa demikian?

Dunia Islam selama ini mengenal begitu banyak kitab fiqih. Barangkali jumlahnya sudah mencapai jutaan sejak awal mula masa penulisan hukum fiqih. Tetapi biasanya kitab-kitab itu disusun berdasarkan mazhab penulisnya.

Kitab Al-Umm yang ditulis Al-Imam Asy-Syafi`i memang kitab yang luar biasa dari segi isi dan hujjahnya. Namun kita hanya mendapat dalam isinya pendapat-pendapat beliau saja. Pendapat orang lain tentunya tidak beliau cantumkan.

Demikian juga kalau kita punya kitab Majmu` Fatawa Ibnu Taimiyah. Dari sisi jumlah jilid, kitab ini lumayan tebal, karena terdiri dari tidak kurang 37 jilid. Entah berapa lama kita bisa selesai membacanya. Dan yang bikin bingung, menulisnya pasti membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Tetapi kalau dilihat isi dan konten, Majmu` Fatawa Ibnu Taimiyah hanya berisi pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah saja.

Yang lumayan banyak mencantum pendapat dari beberapa mazhab untuk dibandingkan sebenarnya bukan tidak ada. Misalnya Al-Majmu` Syarah Al-Muhadzdzab. Penulisnya, Al-Imam An-Nawawi tidak hanya melulu menuliskan hasil pendapat mazhab Asy-Syafi`i, mazhab yang beliau anut. Tetapi beliau juga mencantumkan sekian banyak pendapat ulama fiqih dari berbagai mazhab.

Ibnu Rusydi Al-Hafid juga menulis kitab yang sama dalam arti berisi perbandingan mazhab. Namanya kitab Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid. Kitab ini menjadi rujukan hampir di semua Universitas Islam baik LIPIA Jakarta, Madinah, Riyadh, Mekkah dan lainnya. Bahkan Pondok Pesantren Modern Gontor pun menggunakan kitab ini. Isinya memang banyak mencantumkan perbedaan pendapat dan dalil-dalilnya dari para ulama.

Di masa modern ini, Doktor Wahbah Az-Zuhaily, ulama kawakan berkebangsaan Syria, juga menulis kitab fiqih dengan tema yang sama. Kitabnya diberi judul Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu. Terdiri dari 11 jilid tebal yang sarat dengan bebagai kajian fiqih dari berbagai mazhab, lengkap dengan dalil-dalil dan kitab rujukan.

Al-Mausu`ah Al-Fihiyah Al-Kuwaitiyah


Tapi yang paling luar biasa pada akhirnya memang kitab yang lagi mau kita bicarakan, yaitu Ensiklopedi Fqih terbitan Departemen Wakaf dan Urusan Islam Kuwait. Ada beberapa keunggulan kitab ini dibandingkan dengan kitab-kitab yang tadi saya sebutkan di atas, misalnya :

1. Kitab ini tidak disusun berdasarkan mazhab tertentu, tetapi semua mazhab fiqih Islam yang ada dijelaskan satu persatu dengan lugas, lengkap dengan dalil dan kitab-kitab rujukan kepada masing-masing mazhab.

2. Dari sisi jumlah isi konten, kitab ini total berjumlah 45 jilid tebal. Saya menghitung jumlah halamannya secara manual, ternyata tidak kurang dari 17.000 halaman.

3. Kitab ini tidak disusun berdasarkan bab-bab fiqih seperti umumnya, tetapi disusun materinya berdasarkan ajbad. Maka kitab ini memang disebut sebagai Ensiklopedi. Dan cara ini tentu sangat memudahkan bagi para peneliti, dosen, mahasiswa atau masyarakat umum yang ingin cepat mendapatkan rujukan.

4. Begitu banyak masalah fiqih yang tidak tercantum di kitab-kitab sebelumnya, ternyata di dalam kitab ini semua dijelaskan dengan sangat lengkapnya. Selain itu kajiannya sangat mendalam, luas dan yang lebih penting adalah masalah akurasinya. Hampir semua materi diberi footnote yang menginformasikan sumber rujukan dari kitab-kitab fiqih yang muktamad.

5. Kitab ini bukan karya perorangan tetapi team yang terdiri dari ratusan ulama yang pakar di bidangnya dari berbagai belahan dunia. Mereka bekerja siang malam menyusun, meneliti, membahas, mendiskusikan, membedah kitab-kitab rujukan sehingga akhirnya selesai hingga terbit dan bisa dinikmati semua orang.

6. Kitab ini menghindari pentarjihan perbedaan pendapat yang bersifat pribadi. Jadi kita tidak akan digiring untuk mengikuti satu pendapat dari sekian banyak pendapat yang ada. Semua pendapat dijabarkan dengan adil dan lengkap, tapi tanpa kesimpulan mana yang benar atau salah. Kalau pun ada kesimpulan, paling jauh hanya disebutkan bahwa jumhur ulama (mayoritas) mengambil berpendapat tertentu. Itu saja, dan tidak ada penggiringan opini, atau sengaja menutup-nutupi, apalagi sampai menghapus atau mengubah isi.

KekuranganSebenarnya saya ingin mengatakan bahwa ensiklopedi ini nyaris sempurna, meski pun tidak boleh bilang begitu. Kalau pun ada kekurangan, karena kitab ini tidak tersedia di Indonesia. Saya sudah muter-muter dari satu toko kitab ke toko kitab lain, semua tidak punya. Boro-boro menjual, penjualnya saja belum pernah tahu kalau kitab itu ada. Selain itu kalau pun ada yang jual, biasanya harganya selangit. Ada seorang teman menawarkan harga hampir 10-an juta rupiah untuk 45 jilid.

Kekurangan ini bisa terjawab sudah, karena kitab ini ternyata ada versi digitalnya:

Pertama, kitab ini bisa dibuka dengan program Maktabah Syamilah. Keunggulannya, kita bisa melakukan pencarian (searching) dengan cepat. Lalu juga bisa dicopy paste. Kekurangannya, tampilannya tidak enak dilihat.

Kedua, versi Pdf. Yang ini memang tidak bisa dicopy paste teksnya, juga kita tidak bisa melakukan pencarian. Tapi karena versi PDF ini merupakan hasil scan dari kitab aslinya, membacanya malah enak, karena tampilannya persis seperti buku aslinya.

Saya sendiri hanya ngeprint saja kitab yang berjumlah 45 jilid ini, tidak beli aslinya.  Alasannya selain karena memang tidak ada yang jual disini, juga harga ngeprint ternyata jauh lebih murah. Dihitung-hitung hanya 1/4 dari harga aslinya. Dan hasil printnya juga tidak kalah mentereng dibandingkan aslinya.

Kelebihan kalau diprint tentu saja lebih enak dibaca, dan bisa dibaca sambil tiduran. Walau pun sudah saya coba membaca pakai tablet, tetapi mengebet lembaran kertas itu ternyata jauh lebih mengasyikkan dari pada menyentuh layar touch-screen. Apalagi kalau pakai ludah, wah ramai rasanya.

Kekurangan lain dari kitab ini -dan ini sangat klasik sekali-, belum ada versi terjemahannya. Masih bahasa Arab gress. Dan meski sudah terbit sejak tahun 1980, rasanya sampai sekarang belum ada pihak penerbit yang `gila` mau menerbitkan kitab yang jumlah sampai 45 biji.

Jauh di dalam hati saya ada keinginan untuk menerjemahkan Ensiklopedi ini ke dalam bahasa Indonesia, tidak sendirian tentunya, tapi dikerjakan bersama-sama. Di dalamnya ada team penterjemah, programmer, editor dan ahli syariah. Dan idealnya Ensiklopedi Fiqih ini diluncurkan dalam bentuk situs yang bisa diakses dengan gratis oleh siapa saja. Jadi sebuah proyek wakaf untuk umat Islam.

Allahu yusahhil amrana

Resensi Kitab Ini Ditulis Oleh : Ahmad Sarwat, Lc., MA

Senin, 22 April 2013

30 Negara Kenakan Seragam Militer Buatan Indonesia





Indonesia adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki potensi sumber daya manusia yang luar biasa, akan tetapi banyak dari mereka ragu akan SDM-nya sendiri ataupun sesamanya. Namun tidak bagi orang luar negeri, mereka masih percaya bahwa orang Indonesia sangatlah hebat dan mengakui bahwa Indonesia adalah surganya dunia.
Masih banyak orang Indonesia yang belum tahu akan prestasi sesamanya dikancah internasional, Seperti yang dilakukan oleh PT Sri Rejeki Isman (Sritex). Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang textil ini telah mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional dengan memasok seragam militer ke 30 negara.
PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Sukoharjo Jawa Tengah ini didirikan oleh Haji Mohammad (HM) Lukminto pada tahun 1966. Berawal dari pedagang kecil di Pasar Kelewer, Solo, kini HM Lukminto telah menjelma menjadi pengusaha besar di dunia pertekstilan nasional dan bahkan Internasioal. Sekarang perusahaanya telah berdiri gagah di tanah seluas 150 hektare dengan karyawan mencapai total 18.000 orang. Sekitar 70 persen produksinya diekspor dan 30 persen lainnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman (Sritex) milik pengusaha HM Lukminto tak hanya memproduksi seragam militer saja, mereka juga memproduksi merek-merek pakaian terkenal di dunia seperti Zara atau Timberland.
Kebutuhan pakaian militer 30 negara dipenuhi oleh PT Sritex, Sukoharjo, Jawa Tengah, sementara 40 negara lainnya menjalin kerja sama perdagangan dengan perusahaan tekstil tersebut baik meliputi pakaian fishion dengan berbagai model, kain, dan benang.
Tujuh dari Tiga Puluh negara yang dibuatkan seragam militernya oleh Sritex, adalah negara-negara Eropa, seperti Jerman, Inggris, Austria, Swedia, Belanda, dan Kroasia. Sritex cukup bangga bisa membuat seragam militer negara-negara Eropa ini karena, negara-negara di Eropa merupakan salah satu pakaian seragam tersulit di dunia dalam memproduksinya, Bahkan seragam buatan Sritex ini menjadi standar seragam militer NATO.
PT Sritex yang bergerak dalam bidang tekstil mempunyai desain kain lebih dari 300 ribu desain, dan enam di antaranya yang merupakan desain pakaian militer yang telah dipatenkan di Dirjen HAKI. satu di antara enam desain yang dipatenkan itu pakain militer Indonesia.



Masih banyak desain yang belum dipatenkan dan ini akan terus dilakukan secara bergiliran sehingga hak cipta itu tidak akan dibajak oleh orang lain, kata Direktur Garment PT Sritex.
Ekspor sebagian besar di lakukan ke Amerika Serikat yang nilainya total mencapai 300 juta dolar per tahun, sementara kedua ke kawasan Eropa yang nilainya mencapai 200 juta dolar Amerika Serikat.
Negara-negara yang kebutuhan tekstil baik benang, kain, maupun pakaian militernya yang dipasok oleh PT Sritex antara lain Indonesia, Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Turki, Australia, Singapura, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Kuwait, Brunei Darussalam, Malaysia, Selandia Baru, Tunisia, Timor Leste, Papua NEw Guinea dan Anggota NATO
Sritex pantas dipilih karena mengedepankan tiga poin penting, yaitu kualitas, delivery on-time, dan harga yang bersaing. Dengan kualitas tidak diragukan, Ia memenuhi setiap kebutuhan spesifik pelanggan dengan kemampuannya untuk menciptakan beragam jenis dan spesifikasi kain dari berbagai bahan dan model rajutan. Contoh kecil diantaranya adalah diciptakanya beragam aplikasi tambahan untuk kain yang berupa anti air, anti serangga, tahan api, bebas noda, anti infra-red, bobot ringan, dan berpori-pori yang bisa digunakan untuk berbagai tipe bahan.
produksi seragam militer mencapai 50 persen dari total produksi. Sementara setengahnya lagi yakni memproduksi fashion untuk merek-merek ternama, di antaranya Uniqlo, Zara, JCPenney, dan Timberland. 50 persen untuk army, 50 persen untuk yang fashion.



Sumber : Kompasiana

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India