Sejarah Mesir kuno telah dimulai pada sekitar permulaan tahun 3400 SM,
dengan dimulainya budaya bercocok tanam dan berakhirnya sifat hidup
nomaden (berpindah-pindah) hingga terbentuk masyarakat baru di Mesir.
Masyarakat yang baru terbentuk ini kemudian berkembang hingga membentuk
kerajaan-kerajaan kecil. Menjelang tahun 3000 SM, kerajaan-kerajaan
kecil yang ada itu terkelompok menjadi dua bagian kerajaan besar yaitu:
Mesir Hulu di bagian selatan dengan ibukota Thebes (sekarang Luxor) dan
Mesir Hilir di bagian utara dengan ibukota Memphis. Kedua kerajaan ini
kemudian dapat dipersatukan oleh Menes, raja Mesir Hilir, dengan Memphis
sebagai ibukota baru. Pada masa raja Menes ini juga, huruf
Hieroglyphics diciptakan.
Kerajaan dinasti pertama didirikan di
kota ini. Tapi sejak berdirinya kerajaan baru pada 1570 SM, ibukota
Mesir kuno berpindah dari Memphis ke Thebes. Meskipun demikian, kota
Memphis tetap merupakan tempat tinggal para pembesar dan pejabat
kerajaan.
Selama rentang waktu 2250 tahun Mesir
kuno telah diperintah oleh 330 Fir`aun (Pharaoh) yang terbagi dalam 31
dinasti. Kekuasaan raja-raja dinasti Mesir berakhir pada tahun 332 SM
dengan kedatangan Iskandar Agung (Alexander the Great) dari Macedonia,
putra Raja Philip dan murid Aristoteles. Pada saat itulah Mesir mulai
memasuki babak baru dalam perjalanan sejarahnya dengan masuknya
gelombang Hellenisme dari Yunani.
Luxor sekarang ini menjadi sebuah kota modern yang terletak di kedua
tepi timur dan barat sungai nil di Mesir, kota subur yang menawarkan
banyak tempat wisata menarik, hampir semuanya peninggalan raja-raja
Mesir yang sangat mengagumkan dan sisa dari peradaban yang telah mencuri
perhatian dunia.
Namun tidak semua wisatawan
berkesempatan mengunjunginya saat berlibur ke Mesir, bukan karena
apa-apa melainkan karena jarak antara Luxor dengan kairo sangatlah jauh,
sehingga membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama di Mesir.
Cerita Fir’aun yang melegenda dan sisa
peradaban tertua yang dimiliki Mesir membuat saya sangat tertarik untuk
bisa mengunjunginya, dengan mendaftarkan diri di sebuah organisasi yang
menghimpun mahasiswa asing di Mesir, saya bisa berangkat dengan biaya
yang sangat murah dengan fasilitas mewah.
Tepatnya tanggal 28 Januari 2013, kami
serombongan yang terdiri dari berbagai mahasiswa asing di Mesir seperti
Indonesia, vietnam, Turky, Bosnia, Syiria, Maroko, Yaman dan yang
lainnya, berkumpul di stasiun kereta Ramses pada jam Sepuluh malam,
kereta dijadwalkan berangkat ke Luxor jam Satu dini hari, namun karena
ada sedikit kendala dengan keretanya, kami harus tertunda lebih dari
Satu jam setengah. Digerbong kereta nomer Tujuh kami berkumpul satu
rombongan.
Tiga Belas jam dikereta membuat kami
jenuh dan bosan, sampai akhirnya kereta berhenti di stasiun yang kanan
dan kirinya terdapat tulisan besar “Mahathoh Luxor” dalam bahasa
indonesia yang berati stasiun Luxor, dengan menarik nafas panjang yang
pelan-pelan dikeluarkan lagi sambil berkata “Alhamdulillah”, akhirnya
kami sampai juga di tempat tujuan.
Didepan stasiun kereta luxor kami
serombongan sudah ditunggu sebuah bis travel yang sangat bagus, pada
akhirnya kami diantar ke hotel karnak, sebuah hotel bintang tiga yang
seharinya 250 LE untuk Double bed, sebelum masuk hotel ketua rombongan
mengingatkan kami akan agenda yang telah dibuat, dengan pakaian dan muka
yang lusuh karena kelamaan di kereta saya masuk hotel dan langsung
menuju kamar bernomer 311 yang telah dibagi sebelumnya.
Setelah menaruh koper dan cuci muka saya
langsung menyusul rombongan yang sebagian besar sudah berkumpul di
restoran dilantai paling dasar untuk makan siang, dan selesainya itu
langsung kembali ke bus yang telah menunggu di depan hotel.
Karena terlambatnya jadwal
pemberangkatan kereta menyebabkan dirubahnya sebagian jadwal liburan
yang telah disusun. Bus membawa kami ketempat tujuan yang pertama yaitu
parade sound And light di Karnak temple.
Menjelang tenggelamnya matahari di ufuk
barat, rombongan kami dan rombongan yang lainya sudah berdiri didepan
gerbang Karnak temple yang cukup gelap. Tiba-tiba lampu warna-warni
menyala, nampak puluhan patung singa berkepala kambing berjejer-jejer
bersamaan bunyi gong yang sangat keras menandai dimulainya parade sound
and light, terdengar suara dialog antara raja dengan para punggawa
kerajaan sebagai gambaran apa yang kiranya pernah terjadi dimasa lampau
lewat sound yang terpasang disudut-sudut kuil.
Tiba-tiba lampu mati dan suara yang tadi
terdengar nyaring pun ikut hilang, suasana menjadi sangat sunyi sebelum
lampu warna warni yang ada beberapa meter didepan kami menyala,
rombongan bergerak masuk kedalam kuil mengikuti lampu yang menyala
sambil mendengar cerita percakapan antara raja dan pungawanya
dilanjutkan kembali. kali ini bukan patung singa berkepala kambing lagi
yang kami lihat melainkan tiang-tiang yang kuat dan kokoh menjulang
tinggi nan indah.
Lampu dan suara hilang untuk kedua
kalinya, suasana kembali menjadi sunyi dan sangat gelap, kemudian
beberapa meter didepan kami ada lampu yang menyoroti patung-patung besar
menyeruapai dewa yang di puja-puji oleh orang mesir kuno. Selain itu
juga ada dua obelisk yang tinggi. tidak ketinggalan suara percakapan
yang membuat suasana lebih dramatis.
Disegmen terakhir, pengunjung
dipersilahkan duduk di kursi yang berderet layaknya tempat teater yang
berada di salah satu sisi danau suci. Kembali suara dan efaek cahaya di
mainkan, kali ini terdengar suara perempuan, anak salah satu raja
berdialog dengan ayahnya. Efek cahaya karnak temple yang memantul ke
danau dan suara yang menggelegar membuat pengunjung larut dalam suasana.
Dengan bus yang sama kami bergerak
menuju ketempat yang ke Dua, kali ini Luxor Temple yang dituju. Tempat
ini tidak jauh berbeda dengan tempat sebelumnya, Sebuah kuil besar
disoroti lampu warna-warni yang tampak cantik dan menawan tanpa ada
suara seperti tempat sebelumnya.
Di bagian depan kuil tampak obelisk yang
tinggi berornamen huruf hieroglyp dan dikedua sisi pintu masuk terdapat
patung Ramses beserta istrinya yang sangat besar, tidak jauh dari pintu
masuk terdapat ruangan persegi berisi deretan patung-patung besar,
kemudian ruangan seanjutnya berisi tiang-tiang besar menjulang tinggi
yang sangat indah, di tempat paling ujung terdapat kamar-kamar yang
didindingnya terukir lukisan yang mengisahkan kehidupan sehari-hari pada
zaman dulu.
Karena terlalu terkagum dengan tempat
yang dikunjungi lelahpun jadi tidak terasa, hingga ketua rombongan
mengingatkan kami bahwa waktu sudah larut malam dan harus kembali ke
hotel untuk istirahat menyiapkan energi buat hari berikutnya.
Sumber : Kompasiana.com
0 komentar:
Posting Komentar