Hari ini adalah hari terakhir saya dan
rombongan berada di kota Aswan, meskipun masih mempunyai tiga tempat
wisata lagi yang akan di kunjungi sebagai pelengkap tour kami, hati
terasa sangat berat untuk segera meninggalkan kota yang begitu indah
ini.
Dari pagi hari sebelum matahari muncul
saya sudah duduk dibalkon yang menghadap langsung kesungai Nil, gemerlap
lampu yang padam satu persatu seiring munculnya matahari semakin
menampakkan keindahan sungai Nil, tidak lama setelah itu saya langsung
menuju ke restoran sambil membawa koper karena pagi ini juga kami akan
check out dari hotel.
Tampak petugas hotel sudah menunggu kami
dimejanya, satu persatu dari kami memberikan kunci kamar hotel yang
kemudian duduk memenuhi ruangan resepsionis sambil menunggu perintah
untuk masuk kedalam bus yang sudah menunggu dari pagi tadi.
Bagasi bus terbuka, ketua rombongan
mempersilahkan kami untuk segera naik kedalam bus, setelah dipastikan
tidak ada perserta yang ketinggalan, bus langsung bergerak ketempat
wisata pertama untuk hari ini yaitu bendungan Aswan.
Sesuai namanya, bendungan ini berada
dikota Aswan, salah satu kota di mesir bagian utara atau biasa disebut
Upper Egypt. Pembangunan bendungan Aswan digagas oleh presiden kedua
Mesir, Gamal Abdel Nasser, fungsi bendungan ini sangatlah banyak, selain
mencegah banjir juga digunakan sebagai pembangkit listrik dan irigasi
untuk pertanian.
Bendungan yang penjangnya kurang lebih
Dua mil ini dibangun sekitar tahun 1960-an, selain banyak manfaatnya,
bendungan ini juga memiliki panorama yang indah, bagian utara bendungan
terdapat danau Nasser yang sangat luas bak lautan dan bagian selatan
bendungan terlihat sungai yang seolah-olah tidak ada ujungnya.
Perjalanan dilanjutkan ke Philae
Temples. Kuil-kuil yang sempat dikuasai dan dimanfaatkan oleh tiga agama
atau kepercayaan ini berada di tengah-tengah aliran sungai Nil.
Pengunjung harus menggunakan perahu untuk sampai ke kuil ini, lagi-lagi
sungai Nil tidak mampu menyembunyikan keindahanya yang begitu alami.
Bangsa Yunani, Romawi dan kaum Masehi
(Kristiani) pernah menggunakan bangunan-bangunan ini sebagai tempat
ibadah mereka. Hal ini juga nampak dari beberapa perubahan yang ada pada
kuil-kuil. Orang Masehi misalnya, sempat mengukirkan lambang salib pada
beberapa sudut bangunan. Beberapa pahatan yang mengambarkan bentuk dewa
Mesir kuno juga terpaksa dirusak oleh penguasa kuil setelahnya. Konon,
orang Mesir kuno mengkhususkan tempat ini untuk pemujaan pada Dewi Isis.
Saat ini, Philae Temples berada di pulau
Agelica, lebih kurang 500 meter dari tempat aslinya. Hal ini karena
sekitar tahun 1960-an, pada saat pembangunan Aswan High Dam, kumpulan
kuil Philae sempat terendam air. Ketika itu yang tampak hanya
pucuk-pucuk dan atap-atap bangunanya saja. Karenanya, pemerintah Mesir
bersama UNESCO berinisiatif memindahkan seluruh bangunan Philae Temples
di daratan yang tak tergenang air dan pulau Agelica lah yang jadi
pilihan.
Pilihan pulau Agelica ini sepertinya
sudah dipikirkan matang-matang. Terbukti keindahan nuansa yang dapat
terangkum saat berada di pinggiran pulau kecil ini. Angin semilir yang
banyak berhembus di sekitar pulau Agelica juga menambah suasana makin
enak dinikmati, pemandangan yang luar biasa juga sangat memanjakan mata.
Al-Masallah al-Naqishah menjadi akhir
tujuan wisata kali ini. Ia merupakan gunung batu tempat pembuatan
Obelisk, dalam pembuatanya juga cukup unik, obelisk dipahat langsung
dari gunung tersebut, mengingat akan besarnya obelisk, pasti proses
pembuatanya akan memakan waktu yang cukup lama. Sampai saat ini masih
ada bekas obelisk yang belum sempurna pembuatanya yang masih menempel
pada gunung tersebut.
Al-masallah al-Naqishah berada di
samping perkuburan dinasti Fatimiyah yang tidak jauh dari hotel sarah
yang kami tempati sebelumnya. setelah sekitar Satu jam setengah berada
disana kami kembali kehotel sarah lagi, kali ini bukan untuk istirahat
disana melainkan hanya makan siang karena kami sudah check out sejak
pagi tadi.
Pukul 14.30 kami sudah sampai di stasiun
kereta Aswan, bercanda dengan sesama menjadi obat jenuh selama menunggu
keberangkatan yang terjadwal jam 16.00. Meskipun kereta yang kami
tumpangi tergolong tidak jelek tapi berlama-lama didalamnya sangat
membosankan, banyangkan saja untuk sampai di kairo kami membutuhkan
waktu Tujuh Belas jam dengan keadaan duduk dan udara yang sangat dingin.
Alhamdulillah, kami sampai kairo pukul
Sembilan pagi, meskipun hanya seminggu kami bersama dalam tour ini tapi
rasa kekeluargaan sudah terbangun, untungnya sebelum pulang kami sempat
bertukar nomer handphone, Facebook dan Twitter. Setelah keluar dari
stasiun Ramses kami berpisah sesuai daerah tempat tinggal masing-masing.
Sedangkan saya dengan menggunakan taxi langsung menuju daerah Madinah
Nasr Kairo.
Cukup sekian repoetase ini apabila ada
kesalahan dalam segala hal saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. semoga
apa yang saya alami cukup memberi gambaran bagi yang ingin berkunjung
di Mesir atau hanya sebagai pengetahuan saja.