Berkat alarm handphone, saya terbangun
jam 03.30 kemudian mandi. Sayup-sayup suara Al-Qur’an terdengar dari
luar hotel, jendela yang ada dipojok ruangan sedikit saya buka membuat
lantunan Al-Qur?n dari masjid sekitar menjadi tambah jelas, semilir hawa
dingin masuk kamar, hati ini larut dalam suasana. Suasana rindu akan
tanah air, suasana yang tidak pernah saya temui di Kairo, dengan hati
yang sangat susah dijelaskan dengan tulisan, saya panjatkan doa untuk ke
Dua orang tua yang ada di tanah air semoga selalu diberi kesehatan dan
salalu bahagia dalam Ridho-NYA. Amin…
Satu jam Lima Belas menit kemudian suara
adzan bersahut-sahutan dari berbagai sudut kota, tanda masuk waktu
sholat subuh, waktu sholat subuh diluxor lebih cepat Lima menit dari
pada Kairo. seperti dijadwal, saya harus turun kerestoran di lantai
bawah hotel tepat jam Enam pagi untuk sarapan dan Satu jam kemudian
perjalanan akan dimulai untuk hari ini.
Bus yang sama sudah menunggu kami
sebelum jam Tujuh. Tujuan pertama hari ini adalah Valley of the kings
“kota kematian” , tempat di mana semua penerus Dewa Amun dimakamkan
bersama kekayaan yang dapat dibawa ke kehidupan abadi (menurut
kepercayaan mereka). Menyimpan catatan koleksi seni dan catatan
arkeologis Mesir purba yang berlimpah, sebagian bahkan dirunut kembali
sampai 3000 SM. Penggalian terakhir dilakukan atas makam Fir’aun kecil,
Tutankhamun, yang penuh dengan perhiasan emas, patung dan surat
berharga.
Lokasi ini seperti bukit yang melingkar
dan ditengah-tengahnya terdapat banyak lorong masuk kedalam tanah
layaknya goa yang indah, dinding-dindingnya terukir lukisan bergambar
kisah kehidupan dan tertulis sebuah cerita dengan huruf hieroglyps yang
sangat indah dan warna warni, konon pewarnanya terbuat dari bahan alami
dari tumbuh-tumbuhan yang terjaga hingga saat ini, pada ujung terowongan
terdapat bongkahan batu yang sangat besar nan indah layaknya peti mati,
dan tempat itulah jasad raja atau keluarganya disimpan sebelum
dipindahkan, sayangnya dilokasi itu tidak diperkenankan untuk mengambil
gambar baik dari kamera, hendycam atau bahkan dari handphone.
Ada sekitar 62 terowongan yang ditemukan
dan hanya separuhnya saja yang diketahui pemiliknya, diantaranya :
Ramses VII, Ramses IV, Son of Ramses III, Ramses XI, Son of Ramses II,
Ramses XI, Ramses II, Merenptah, Ramses V & VI, Amenmeses, Ramses
III, Bay, Tausert & Setnakht, Sety II, Ramses I, Sety I, Ramses X,
Ramses Mentuherkhepeshef, Thutmes III, Amenhetep II, Maiherperi, Thutmes
I, Hatshepsut Meryet-Ra, Thutmes IV, Yuya & Thuya, Siptah, Amarna
Chace, Horemnep, Sitra dan yang terakhir Tutankhamun.
Tidak jauh dari Valley of the kings, Bus
mengantar kami ke Hatshepsut Temple peninggalan Dinasti XVIII,
menggambarkan bahwa kelahiranya yang penuh keajaiban, karena sebab
bersatunya Ratu Ahmes dan Dewa Amun (menurut kepercayaan Mesir Kuno).
Sebuah kuil yang terdiri dari Tiga
lantai yang tidak biasa, bangunan langsung menempel gunung batu yang
tandus serta amat jauh dari nuansa kehidupan makhluk baik hewan maupun
tumbuhan. bangunan yang disangga tiang-tiang besar dan kokoh ditengahnya
terdapat patung-patung membuat bangunan ini sangat berbeda dengan
temple lainya yang ada di luxor.
Setelah selesai di Hatshepsut Temple
ini, peserta diajak menuju ke tempat pembuatan Alabaster. Tidak jauh
dari Hatshepsut Temple, berdiri banyak sekali usaha produksi Alabaster.
Alabaster merupakan hasil kerajinan khas di kawasan itu. Terbuat dari
bebatuan yang keras dan kuat, bisa menjadi patung-patung kecil, pot atau
vas bunga, asbak dan berbagai macam hiasan lainnya.
Saat sampai di salah satu tempat
produksi Alabaster itu, sang pemilik menunjukkan cara pembuatan
Alabaster, lengkap dengan berbagai peralatannya yang banyak sekali
macamnya. Pemilik tempat juga menguji kekuatan batu Alabaster dengan
mengadukannya secara keras, terbukti tak lecet sedikitpun apalagi patah
atau pecah.
Setelah atraksi pembuatan, peserta
dipersilakan masuk ke dalam showroom. Di dalamnya terdapat berbagai
macam Alabaster yang sudah jadi. Bahan bakunya pun berwarna-warni.
Bahkan beberapa saat sempat dipertunjukkan bahwa batu-batu tertentu
dapat menyala saat gelap. Pintu dan jendela ditutup rapat, lalu listrik
dimatikan. Beberapa orang sempat menjerit kaget, tapi ternyata itu untuk
menunjukkan bahwa ada batu yang bisa menyala. Saat tiba waktunya
kembali ke bus, beberapa orang nampak membawa Alabster, hasil pembelian
dari sang pemilik. Perjalanan pun dilanjutkan kembali.
Habou Temple menjadi lokasi selanjutnya,
bangunan yang hampir sama dengan yang kuil lainya, terdiri dari
beberapa bangunan yang didirikan dari batu-batu besar nan keras,
berbentuk tiang-tiang besar dan patung-patung besar serta beberapa
ruangan berukir indah yang mengaambarkan kejadian, legenda atau dongeng
di jaman mesir kuno.
Karena sudah terlalu siang bus bergerak
menuju hotel, namun sebelum sampai hotel bus berhenti di pinggir jalan
yang dekat dengan Dua patung besar setinggi ± 70 kaki (± 20 m) yang
dikenal sebagai Kolossi Memnon, dua patung peninggalan Amenhotep III,
ditempat ini tidak perlu pakai biaya tiket masuk, kami hanya foto-foto
tanpa mendengar penjelasan dari Guide seperti ditempat-tempat yang lain.
Sesampainya dihotel kami mendapat waktu
sekitar Dua jam untuk istirahat dan makan siang, sebelum perjalan
dilanjutkan ke Karnak Temple yang tidak jauh dari hotel yang kami
tempati.
Meski sebelumnya sudah mengunjungi
karnak temple untuk menyaksikan parade sound and light, ke karnak kali
ini tetap menarik, sudut-sudut kuil terlihat lebih jelas dari
sebelumnya, bagian paling depan berjejer puluhan patung singa berkepala
kambing, setelah melewati gerbang kami melewati tiang-tiang besar yang
berukir indah dan lebih dalam lagi kami melihat berderet patung-patung
dewa yang dipuja oleh orang mesir kuno ada juga patung raja-raja dan
para istrinya.
Karnak temple merupakan tempat ibadah
dizaman mesir kuno, Dibagian paling dalam terdapat kolam yang sangat
luas, dinamakan Buhairah Muqaddasah (danau suci), meski berada di
tengah-tengah daerah yang tandus yang kanan kirinya lebih banyak gurun
dan bebatuan, tapi airnya tetap jernih dan tidak berkurang.
Setelah magrib kami bergerak ke hotel,
acara selanjutnya adalah makan-makan dan pesta tapi saya lebih memilih
ke cafe untuk menonton El Classico sambil menikmati sahlab (minuman
kelapa hangat) yang menurut saya sahlab Luxor lebih enak dari pada
sahlab yang ada di cafe Kairo, bersama penduduk luxor saya berteriak
larut dalam susana tegang yang disudahi pertandingan antara Real Madrid
dan Barcelona dengan skor (1-1).
Sebelum kembali ke hotel saya sempat
berjalan bertolak dari arah jalan kehotel, suasana sunyi dan hening,
sangat berbeda dengan kairo, selanjutnya saya kehotel dan istirahat
untuk mengumpulkan tenaga. sebelum meninggalkan luxor menuju Aswan esok
harinya yang masih menyisakan separuh tempat wisata yang ada didalam
jadwal.