Telfon kamar hotel berdering nyaring,
dengan keadaan setengah sadar saya angkat gagang telfon merah yang tidak
jauh dari tempat tidur, terdengar suara dari telfon “Good morning sir,
Breakfast is ready”, ternyata telfon dari resepsionis.
Rasa ngantuk pun tiba-tiba hilang ketika
melihat jam menunjukkan pukul 01.15, bergegas ke kamar mandi dan
secepatnya mempersiapkan diri. Hampir semua perserta tour sudah siap dan
selesai sarapan ketika saya sampai di restoran, memang jadwal sarapan
hari ini jam 01.00 dini hari karena akan menempuh perjalanan yang cukup
jauh.
Pukul dua dini hari bus mulai bergerak,
kemudian berhenti di area kantor polisi yang tidak jauh dari hotel.
ternyata untuk mencapai obyek wisata yang pertama hari ini yaitu Abu
Simbel, bus harus melewati padang pasir yang sangat luas dan berbahaya,
serta membutuhkan pengawalan dari pihak keamanan karena sering terjadi
serangan atau teror dari kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab.
Kami tidak sendirian, terhitung ada 10
bus lebih dan beberapa mobil travel bersama kami, sekitar pukul Tiga
dini hari bus bergerak beriring-iringan sampai tempat tujuan layaknya
konvoi yang dikawal ekstra ketat oleh pihak keamanan.
Ditengah-tengah perjalanan alarm
handphone berbunyi menandakan telah masuk waktu sholat subuh, di atas
kursi saya langsung sholat karena masih punya wudlu yang saya ambil
ketika berhenti di kantor polisi tadi.
Ketika yang lain sedang asyik menikmati
tidurnya, saya malah siap beraksi dengan mengeluarkan kamera dan duduk
paling depan disamping supir bus, tidak lama matahari mulai muncul
sedikit demi sedikit, tak henti-hentinya kamera ini mengabadikan momen
indah nan langka tersebut.
sekitar jam 09.00 kami sampai di lokasi Abu Simbel. Abu Simbel adalah
sebuak kuil raksasa yang terletak di atas penampungan air danau Naseer,
290 kilometer baratdaya kota aswan, Dibagian depan kuil terdapat Dua
pasang patung raksasa dengan tinggi masing-masing lebih dari 20 m
(sekitar 65 kaki) yang dibangun pada masa Ramses II, yaitu patung raja
Ramses II dan permaisuri Nefertari, patung ini menjadi simbol kemenangan
perang pada abad ke-13 SM, konon, awalnya patung ini adalah sebuah
gunung yang dipahat hingga menjadi Dua pasang patung raksasa.
Ketika di bangun High Dam di Mesir,
untuk pengaturan sungai Nil, cagar alam yang merupakan bagian dari
proyek pemeliharaan UNESCO ini telah dipindahkan dari tempat Aslinya,
yaitu di naikkan hinga 70 meter dari lokasi aslinya, kalau tidak begitu
maka Danau Naseer sebagai penampung air Dam aka menenggelamkan patung
Abu Simbel. UNESCO pun memprakarsai pemindahan patung ini pada tahun
1964. Sebab begitu besarnya patung ini, cara pemindahanya pun bisa
dikatakan sangat unik, patung yang terbuat dari batu gunung ini dipotong
hingga menjadi 30 ribu potong, lalu dipasang kembali ditempat yang
sekarang.
Di sebelah Utara kuil terdapat Kuil lagi
yang dinamai Abu Simbel kecil, Ia diukir pada batu atas perintah
Ramses II dan ditujukan kepada dewi Hathor, dewi cinta dan kecantikan,
dan juga kepada isteri kesayangannya, Nefertari. Bagian depan dihiasi
oleh enam patung, empat Rameses II dan dua Nefertari; yang luar biasa
adalah keenam patung tersebut sama tinggi, yang menunjukkan layaknya
Nefertari dipuja. Dinding timur mempunyai ukiran tulisan menunjukkan
Rameses II membunuh musuh dihadapan Ra-Harakhte dan Amun-Ra.Gambaran
dinding lain menunjukkan Rameses II dan Nefertari memberi korban kepada
dewa-dewa.
Botanical Garden menjadi tujuan
selanjutnya, Sebuah kebun rindang yang ditanami pohon-pohon dari
berbagai Benua.Tempatnya yang menarik, disebuah pulau kecil
ditengah-tengah sungai Nil.
Untuk pencapai kebun itu harus
menggunakan perahu layar atau perahu boat. Kebun itu sangat tidak
istimewa bagi saya dibandingkan kebun yang ada di Indonesia, akan tetapi
tempatnya yang berada ditengah-tengah Nil membuat kebun itu sangat
berbeda, lalu lalang perahu layar dan boat cukup untuk membuat saya
berlama-lama menikmati indahnya pemandang ini.
Setelah cukup puas berada di Botanical
Garden, kami menggunakan perahu boat menlanjutkan perjalanan ke kampung
nubia. Perjalanan yang sangat menyenangkan dan memanjakan mata,
bagaimana tidak, menyusuri sungai Nil yang biru, tidak jarang
ditengah-tengahnya terdapat bebatuan besar yang memperindah sungai,
padang pasir yang lembut, pohon-pohon yang menghijau, perahu layar putih
dan burung-burung yang terbang kesana-kemari membuat kami sangat nyaman
seperti merasakan keindahan alami yang sesungguhnya.
Setelah lama di perahu, akhirnya sampai juga. banyak para turis yang
sudah disana sebelum kami datang, kami serombongan masuk kedalam salah
satu rumah penduduk, didalamnya terdapat Tiga buaya yang masih hidaup
didalam jeruji, tidak lama setelah itu tuan rumah keluar sambil membawa
Dua teko minuman yaitu karede dan Teh Mind.
Saya cukup kesulitan memahami percakapan
antara warga Nubia, hanya penyebutan bilangan saja yang saya mengerti,
meski begitu mereka cukup ramah dan bersahabat. konon dulu ketika
terjadi peperangan bahasa suku nubia ini yang menjadi bahasa isyarat
kala itu.
Meski sudah banyak tempat wisata yang
telah membuat kami puas, ternyata masih belum habis sampai disitu,
besoknya akan menjadi hari terakhir sekaligus penutup keindahan
jalan-jalan di Luxor dan aswan.
dengan menggunakan perahu boat kami kembali dari kampung nubia sambil
menikmati Sunset yang kemudian disambung dengan taksi sampai depan hotel
sarah.